JAKARTA, Cobisnis.com - PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengajukan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp2 triliun untuk periode 2024. Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan kinerja keuangan perseroan akan lebih baik jika PMN tersebut disetujui.
Didiek mengungkapkan beban keuangan terutama beban finansial akan mengalami penurunan di tahun 2028. Tanpa PMN beban KAI Rp 3,64 triliun, sedangkan jika dengan PMN menjadi Rp3,15 triliun.
“Demikian juga di tahun-tahun sebelumnya maka dampaknya akan semakin terasa di masa-masa yang akan datang,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin, 1 Juli.
Selain itu, kata Didiek, laba bersih perseroan pun juga akan terbantu dengan beban keuangan yang semakin menurun dibandingkan tanpa PMN. Dia bilang tanpa PMN laba bersih pada tahun 2028 adalah Rp2,22 triliun, sementara jika dengan PMN menjadi Rp2,23 triliun.
Didiek bilang jika PMN juga disetujui di tahun 2025, maka laba bersih perseroan akan lebih tinggi menjadi Rp1,18 triliun. Sementara jika dibandingkan tanpa PMN yang sebesar Rp1,17 triliun.
“Dari sisi neraca maka utang KAI lebih rendah tanpa PMN. Ekuitas pun akan lebih baik sehingga akan menimbulkan perkuatan KCI dalam rangka penugasan sebagai angkutan massal,” ucapnya.
Pada kesempatan ini, Didiek juga mengungkapkan pendapatan KAI hingga kuartal-I tahun 2024 mencapai Rp7,25 triliun atau naik 25 persen dari periode yang sama tahun 2023 yang sebesar Rp5,79 triliun.
“Laba bersih KAI pada kuartal-I juga naik 11 persen menjadi Rp391 miliar dari tahun lalu yang sebesar Rp352 miliar,” jelasnya.
Kemudian, sambung Didiek, secara posisi aset dan liabilitas pada kuartal-I tahun 2024 sebesar Rp88,7 triliun karena tereksekusinya beberapa proyek strategi nasional (PSN), sehingga meningkat kenaikan aset serta liabilitas menjadi Rp56,5 triliun.
“Sementara debt dan ekuitas pada kuartal-I tahun 2024 tercatat 0,8x debt Rp40,3 miliar dan ekuitas Rp32,2 miliar,” katanya.
Didiek mengungkapkan beban keuangan terutama beban finansial akan mengalami penurunan di tahun 2028. Tanpa PMN beban KAI Rp 3,64 triliun, sedangkan jika dengan PMN menjadi Rp3,15 triliun.
“Demikian juga di tahun-tahun sebelumnya maka dampaknya akan semakin terasa di masa-masa yang akan datang,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin, 1 Juli.
Selain itu, kata Didiek, laba bersih perseroan pun juga akan terbantu dengan beban keuangan yang semakin menurun dibandingkan tanpa PMN. Dia bilang tanpa PMN laba bersih pada tahun 2028 adalah Rp2,22 triliun, sementara jika dengan PMN menjadi Rp2,23 triliun.
Didiek bilang jika PMN juga disetujui di tahun 2025, maka laba bersih perseroan akan lebih tinggi menjadi Rp1,18 triliun. Sementara jika dibandingkan tanpa PMN yang sebesar Rp1,17 triliun.
“Dari sisi neraca maka utang KAI lebih rendah tanpa PMN. Ekuitas pun akan lebih baik sehingga akan menimbulkan perkuatan KCI dalam rangka penugasan sebagai angkutan massal,” ucapnya.
Pada kesempatan ini, Didiek juga mengungkapkan pendapatan KAI hingga kuartal-I tahun 2024 mencapai Rp7,25 triliun atau naik 25 persen dari periode yang sama tahun 2023 yang sebesar Rp5,79 triliun.
“Laba bersih KAI pada kuartal-I juga naik 11 persen menjadi Rp391 miliar dari tahun lalu yang sebesar Rp352 miliar,” jelasnya.
Kemudian, sambung Didiek, secara posisi aset dan liabilitas pada kuartal-I tahun 2024 sebesar Rp88,7 triliun karena tereksekusinya beberapa proyek strategi nasional (PSN), sehingga meningkat kenaikan aset serta liabilitas menjadi Rp56,5 triliun.
“Sementara debt dan ekuitas pada kuartal-I tahun 2024 tercatat 0,8x debt Rp40,3 miliar dan ekuitas Rp32,2 miliar,” katanya.