Jamkrindo

Ekspedisi Sanggabuana Temukan Jejak 20 Macan Tutul Jawa

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 29 Sep 2025, 13:54 WIB

Hutan Rimba Gunung Sanggabuana di Jawa Barat kembali menjadi sorotan setelah ekspedisi yang dilakukan Resimen Latihan dan Pertempuran (Menlatpur) Kostrad mendata keberadaan macan tutul Jawa.

JAKARTA, Cobisnis.com – Hutan Rimba Gunung Sanggabuana di Jawa Barat kembali menjadi sorotan setelah ekspedisi yang dilakukan Resimen Latihan dan Pertempuran (Menlatpur) Kostrad mendata keberadaan macan tutul Jawa. Satwa langka ini diperkirakan masih hidup bebas sekitar 20 ekor, menegaskan bahwa spesies endemik tersebut belum sepenuhnya punah.

Temuan ini menjadi kabar penting bagi dunia konservasi Indonesia. Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) adalah warisan satwa yang dilindungi, dan keberadaannya di Sanggabuana menjadi bukti masih terjaganya ekosistem hutan pegunungan. Kondisi tersebut juga menambah nilai ekologis wilayah yang selama ini kerap terdesak oleh tekanan pembangunan.

Menlatpur Kostrad bersama Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) berperan aktif dalam pengamatan dan pendataan spesies tersebut. Kolaborasi ini mencerminkan sinergi antara militer dan masyarakat sipil dalam menjaga keanekaragaman hayati. Hasil pengamatan lapangan memperlihatkan jejak dan tanda aktivitas macan tutul yang konsisten di sejumlah titik hutan.

Dari sisi ekonomi, keberadaan macan tutul Jawa juga bernilai tinggi dalam perspektif ekowisata. Konservasi satwa langka dapat membuka peluang bagi wisata berkelanjutan yang mendatangkan pendapatan daerah tanpa merusak ekosistem. Pasar ekowisata global sendiri tercatat tumbuh signifikan, sejalan dengan tren wisata berbasis alam.

Dengan jumlah yang hanya sekitar 20 ekor di kawasan Sanggabuana, keberlangsungan macan tutul Jawa sangat bergantung pada perlindungan habitatnya. Jika tidak dijaga, potensi kehilangan spesies ini dapat berdampak pada rantai ekologi dan mengurangi daya tarik wisata alam di Indonesia. Hilangnya spesies kunci juga dapat menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem.

Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas dunia, masih memiliki potensi besar dalam mengembangkan pasar ekonomi berbasis lingkungan. Keberadaan satwa endemik seperti macan tutul Jawa dapat menjadi daya tarik investasi pada sektor konservasi, edukasi lingkungan, dan wisata berkelanjutan.

Selain itu, konservasi juga bisa diintegrasikan dengan pemberdayaan masyarakat sekitar. Ekspedisi semacam ini membuka peluang kerja sama dengan komunitas lokal untuk mengembangkan usaha berbasis alam, mulai dari jasa pemandu wisata, produk UMKM ramah lingkungan, hingga program edukasi ekologi. Hal ini memberi dampak ekonomi nyata bagi warga setempat.

Pemerintah daerah pun diharapkan mampu melihat peluang dari temuan ini. Dengan pengelolaan yang tepat, keberadaan macan tutul Jawa bisa menjadi bagian dari strategi branding daerah sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam pasar wisata alam internasional. Tren wisatawan global kini semakin mencari pengalaman otentik yang berpadu dengan pelestarian alam.

Namun, ancaman perburuan liar dan alih fungsi lahan tetap menjadi tantangan besar. Jika tidak diantisipasi, populasi macan tutul Jawa yang masih tersisa bisa menyusut dengan cepat. Oleh karena itu, pendataan yang dilakukan Menlatpur Kostrad dan SCF menjadi pijakan awal untuk strategi konservasi jangka panjang.

Hutan Sanggabuana pun akhirnya tidak hanya menyimpan keindahan alam, tetapi juga harapan akan masa depan satwa yang hampir punah. Indonesia sebagai rumah bagi keajaiban alam harus terus merawat dan menjaga warisan berharga ini agar tetap lestari bagi generasi mendatang.