Jamkrindo

Ekspor Jepang Turun pada Agustus saat Produsen Mobil Hadapi Tarif AS

Oleh Zahra Zahwa pada 17 Sep 2025, 18:40 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Ekspor Jepang turun untuk bulan keempat berturut-turut pada Agustus, menurut data pemerintah pada Rabu, karena tarif tinggi dari Amerika Serikat semakin membebani sektor otomotif dan manufaktur lainnya.

“Produsen mobil Jepang sebagian besar masih menanggung biaya tarif dengan memangkas harga ekspor untuk mempertahankan volume penjualan di AS,” kata Saisuke Sakai, kepala ekonom Jepang di Mizuho Research.

"Tetapi beberapa di antaranya, yang tidak mampu menahan kenaikan biaya, telah mulai menaikkan harga untuk membebankannya ke konsumen,” lanjutnya.

"Ditambah dengan meningkatnya ketidakpastian terhadap ekonomi AS, dampak tarif terhadap ekspor dan produksi Jepang diperkirakan akan semakin intensif menjelang akhir tahun."

Nilai total ekspor turun 0,1% pada Agustus dibanding tahun sebelumnya—lebih baik dari perkiraan pasar yang memprediksi penurunan 1,9%—setelah turun 2,6% pada Juli.

Ekspor ke Amerika Serikat anjlok 13,8% pada Agustus dari tahun sebelumnya, penurunan terbesar sejak Februari 2021, didorong oleh turunnya ekspor mobil sebesar 28,4% dan peralatan pembuat chip sebesar 38,9%. Volume pengiriman ke AS turun 12,0%, melanjutkan penurunan 2,3% pada Juli.

Penurunan ekspor ini memangkas surplus perdagangan dengan AS menjadi 324 miliar yen ($2,21 miliar), terendah sejak Januari 2023.

Ekspor ke Tiongkok turun 0,5%, sementara ekspor ke Asia dan Uni Eropa meningkat, sebagian mengimbangi penurunan ke AS.

Total impor turun 5,2% pada Agustus dibanding tahun sebelumnya—berlawanan dengan perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan 4,2%. Disebabkan harga minyak yang lebih rendah. Akibatnya, Jepang mencatat defisit perdagangan sebesar 242,5 miliar yen ($1,66 miliar), lebih kecil dari perkiraan defisit 513,6 miliar yen.

Washington pada akhir Juli sepakat menetapkan tarif dasar 15% untuk hampir semua impor Jepang, turun dari tarif awal 27,5% pada mobil dan ancaman tarif 25% untuk sebagian besar barang lainnya, memberikan sedikit keringanan bagi eksportir Jepang.

Namun, dampaknya tetap signifikan, terutama bagi produsen mobil dan pemasok suku cadang Jepang, karena tarif tersebut masih beberapa kali lipat lebih tinggi dari tarif sebelumnya sebesar 2,5%.

Menurut survei Japan Center for Economic Research, 37 ekonom memperkirakan ekonomi Jepang akan menyusut 1,1% secara tahunan pada kuartal berjalan, mencerminkan lemahnya permintaan luar negeri.

Gubernur Bank of Japan, Kazuo Ueda, berjanji untuk berhati-hati dalam menaikkan suku bunga karena ketidakpastian dampak tarif AS terhadap ekonomi Jepang. Ekonom kini menyoroti bagaimana penurunan ekspor akan memengaruhi belanja perusahaan dan upah. Belanja perusahaan Jepang untuk pabrik dan peralatan sejauh ini belum menunjukkan tanda-tanda melemah, meningkat 7,6% pada kuartal April–Juni dibanding tahun sebelumnya, menurut data pemerintah yang dirilis bulan ini.

Tag Terkait