JAKARTA, Cobisnis.com – Hidup di luar negeri dengan gaji standar Indonesia terdengar menarik, tetapi realitasnya bisa sangat berat. Biaya hidup di negara-negara maju jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia, mulai dari makanan, tempat tinggal, hingga pajak.
Perbandingan sederhana menunjukkan betapa besar selisihnya. Di Indonesia, seseorang bisa makan dengan Rp30.000–50.000 sekali makan. Namun, di Amerika Serikat, harga satu porsi makanan sederhana bisa mencapai US$10–15 atau setara Rp160.000–250.000.
Begitu juga dengan biaya tempat tinggal. Jika di Jakarta sewa kos berkisar Rp2–3 juta per bulan, maka di Singapura atau Tokyo, apartemen kecil bisa mencapai Rp15–30 juta per bulan. Selisih ini menunjukkan betapa besarnya beban biaya hidup di negara maju.
Faktor lain yang sering terlewat adalah pajak dan asuransi. Negara-negara maju memiliki sistem pajak progresif yang bisa memotong 20–30% dari pendapatan pekerja. Selain itu, masyarakat diwajibkan membayar asuransi kesehatan dan dana pensiun.
Biaya transportasi dan utilitas juga menambah pengeluaran. Tiket transportasi publik di kota besar seperti London atau Sydney bisa mencapai Rp50.000–70.000 sekali jalan, sementara tarif listrik dan internet juga jauh lebih tinggi dibanding Indonesia.
Dengan kondisi tersebut, gaji Rp7 juta per bulan yang terasa cukup di Indonesia tidak akan mampu menutupi kebutuhan dasar di luar negeri. Daya beli rupiah turun drastis ketika dihadapkan dengan harga-harga yang menggunakan standar ekonomi negara maju.
Sebaliknya, mereka yang memperoleh gaji luar negeri namun tinggal di Indonesia justru menikmati keuntungan besar. Daya beli meningkat karena biaya hidup di Indonesia relatif rendah, sementara nilai tukar dolar atau yen jauh lebih tinggi.
Fenomena ini memperlihatkan pentingnya memahami konsep paritas daya beli (purchasing power parity). Nilai nominal gaji bukanlah tolok ukur kesejahteraan sesungguhnya, melainkan seberapa besar barang dan jasa yang bisa dibeli dari gaji tersebut.
Bagi pekerja migran, hal ini menjadi pertimbangan utama dalam menentukan rencana finansial. Penghasilan tinggi di luar negeri harus diimbangi dengan pengelolaan yang bijak agar nilai riilnya tetap terasa, terutama jika ingin menabung atau berinvestasi di Indonesia.
Pada akhirnya, besarnya gaji tidak selalu berarti lebih sejahtera. Standar hidup, pajak, dan daya beli adalah faktor penentu utama keseimbangan finansial seseorang di mana pun ia berada.