Jamkrindo

Membaca: Kebiasaan Kecil yang Bisa Ubah Cara Pandang Hidup

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 12 Oct 2025, 08:09 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Membaca bukan sekadar kegiatan memahami tulisan di atas kertas atau layar, tetapi proses pembentukan cara berpikir yang mendalam. Setiap bacaan memberikan pengalaman baru yang memperluas wawasan dan menantang pandangan lama seseorang terhadap dunia.

Dalam konteks perkembangan manusia modern, membaca menjadi pintu masuk bagi transformasi intelektual dan emosional. Proses ini melibatkan kerja aktif otak yang menafsirkan, membandingkan, dan mengevaluasi informasi yang diterima. Dari situ, pola pikir dan sudut pandang seseorang dapat berubah secara signifikan.

Melalui bacaan, individu belajar memahami perspektif yang berbeda dari pengalamannya sendiri. Cerita, sejarah, maupun teori sosial memperkenalkan cara pandang baru terhadap realitas yang kompleks. Inilah yang menjadikan membaca sebagai jembatan menuju empati dan pemahaman lintas pengalaman.

Membaca juga berperan penting dalam mengasah kemampuan berpikir kritis. Ketika seseorang menelaah argumen, data, atau ide dalam tulisan, ia dilatih untuk memilah mana yang logis dan mana yang bias. Proses analitis ini membentuk pola berpikir rasional dan sistematis.

Tak hanya itu, membaca mendorong terbentuknya karakter yang reflektif. Bacaan yang inspiratif dapat menumbuhkan kesadaran diri dan motivasi untuk berubah. Banyak tokoh besar dunia, dari ilmuwan hingga pemimpin, mengakui bahwa kebiasaan membaca menjadi fondasi keberhasilan mereka.

Dari sisi psikologis, membaca juga memengaruhi bahasa dan cara seseorang berkomunikasi. Kosakata yang luas dan kemampuan menyusun gagasan secara runtut adalah hasil langsung dari interaksi dengan teks yang beragam.

Menurut UNESCO, tingkat literasi berbanding lurus dengan kualitas hidup suatu bangsa. Negara dengan budaya membaca yang kuat cenderung memiliki masyarakat yang kritis, inovatif, dan produktif dalam ekonomi maupun sosial.

Di Indonesia, tantangan literasi masih tinggi. Survei nasional menunjukkan rata-rata waktu membaca masyarakat Indonesia masih di bawah dua jam per hari. Namun, meningkatnya akses digital memberi peluang baru bagi tumbuhnya minat baca di kalangan muda.

Pemerintah dan komunitas literasi kini gencar mengkampanyekan budaya baca melalui platform digital dan kegiatan sosial. Tujuannya bukan hanya meningkatkan minat baca, tapi juga membangun masyarakat yang berpikir terbuka dan solutif.

Dengan kata lain, membaca adalah investasi jangka panjang bagi peradaban. Ia membentuk generasi yang tidak hanya tahu banyak, tapi juga mampu berpikir lebih dalam, kritis, dan berempati.