JAKARTA, Cobisnis.com – Nongkrong kini bukan sekadar kegiatan santai, tapi sudah berubah jadi gaya hidup yang melekat di kalangan anak muda. Dari kafe kekinian sampai kedai pinggir jalan, tempat nongkrong selalu ramai setiap akhir pekan. Namun di balik suasana hangat dan obrolan ringan, saldo e-wallet ternyata ikut terkuras.
Fenomena ini bukan hal baru, tapi semakin terasa di tengah budaya ngopi bareng yang makin populer. Anak muda kota besar menjadikan nongkrong sebagai sarana melepas stres, memperluas relasi, bahkan mencari inspirasi kerja. Sayangnya, kebiasaan ini sering dilakukan tanpa perhitungan finansial yang jelas.
Data dari survei kecil sejumlah platform keuangan menunjukkan, sekitar 25 hingga 30 persen pendapatan bulanan anak muda habis untuk hiburan dan nongkrong. Angka ini cukup signifikan mengingat sebagian besar responden memiliki gaji di bawah Rp6 juta per bulan.
Pengeluaran yang tampak kecil, seperti segelas kopi Rp30 ribu atau camilan Rp20 ribu, bisa bertambah besar jika dilakukan tiga sampai empat kali seminggu. Dalam sebulan, totalnya bisa menembus ratusan ribu rupiah, belum termasuk biaya transportasi dan parkir.
Kondisi ini menunjukkan adanya pergeseran pola konsumsi generasi muda yang lebih mengutamakan pengalaman dibanding tabungan. Nongkrong dianggap bagian dari self reward setelah bekerja keras, meskipun dampaknya pada kondisi keuangan sering diabaikan.
Ekonom perkotaan menilai, fenomena ini merupakan bagian dari lifestyle inflation di mana pengeluaran meningkat seiring naiknya penghasilan. Anak muda merasa wajar menghabiskan lebih banyak uang untuk bersosialisasi karena menganggap itu sebagai kebutuhan sosial.
Namun, gaya hidup seperti ini bisa menjadi beban jangka panjang jika tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang baik. Banyak yang akhirnya kesulitan menabung, bahkan bergantung pada kartu kredit atau pay later untuk memenuhi gaya hidup tersebut.
Beberapa ahli keuangan menyarankan agar anak muda mulai membuat anggaran khusus untuk hiburan dan nongkrong. Langkah sederhana ini bisa membantu menjaga keseimbangan antara kebutuhan sosial dan tanggung jawab finansial pribadi.
Selain itu, tren nongkrong hemat kini mulai populer di kalangan mahasiswa dan pekerja muda. Mereka memilih tempat yang lebih terjangkau, berbagi makanan, atau sekadar nongkrong di rumah teman untuk menghemat pengeluaran tanpa mengurangi keseruan.
Pada akhirnya, nongkrong tetap punya nilai positif sebagai ruang bersosialisasi dan melepas penat. Namun, kesadaran finansial tetap penting agar kebiasaan itu tidak berujung pada dompet yang kosong di akhir bulan.