JAKARTA, Cobisnis.com – Buat banyak pekerja, kerja lembur dianggap bukti loyalitas dan cara cepat nambah penghasilan. Tapi di balik semangat itu, muncul kenyataan yang jarang dibicarakan: lembur sering kali nggak bikin kaya, malah bikin ngantuk, capek, dan kehilangan waktu hidup.
Lembur memang kasih tambahan uang, tapi secara ekonomi, itu cuma bentuk lain dari menukar waktu dengan uang. Begitu waktu habis, penghasilan pun ikut berhenti. Banyak ahli keuangan bilang, kerja lembur bukan strategi jangka panjang buat bangun kekayaan.
Faktanya, orang yang terlalu sering lembur justru punya risiko produktivitas turun hingga 30%. Tubuh yang kelelahan bikin fokus menurun, dan hasil kerja jadi nggak maksimal. Jadi, semakin lama lembur, belum tentu hasilnya makin banyak.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, sekitar 37% pekerja di kota besar rutin lembur minimal dua kali seminggu. Sebagian besar karena tekanan target kerja, bukan karena ingin memperkaya diri. Akibatnya, jam istirahat makin sempit, dan stres makin tinggi.
Selain ganggu kesehatan, budaya lembur juga bisa ngerusak pola hidup. Waktu buat keluarga berkurang, kualitas tidur menurun, dan tingkat kebahagiaan ikut turun. Banyak pekerja akhirnya merasa “hidup cuma buat kerja”, bukan kerja buat hidup.
Dari sisi perusahaan, kebiasaan lembur terus-menerus justru bisa jadi sinyal manajemen waktu yang buruk. Artinya, beban kerja nggak seimbang dengan kapasitas tim. Kalau dibiarkan, ini bisa berdampak ke kinerja jangka panjang dan kesejahteraan karyawan.
Sebaliknya, mereka yang fokus ningkatin skill dan efisiensi kerja justru punya peluang lebih besar buat naik gaji tanpa harus kerja lebih lama. Kaya bukan soal siapa yang paling sibuk, tapi siapa yang paling cerdas ngatur waktu dan nambah nilai diri.
Dalam dunia modern, waktu istirahat bukan tanda malas, tapi bagian penting dari produktivitas. Tubuh dan otak butuh jeda buat tetap tajam. Karena itu, lembur seharusnya jadi solusi sementara, bukan gaya hidup harian.
Fenomena ini juga nunjukin gimana budaya kerja di kota besar makin bergeser. Banyak orang bangga sibuk, padahal di baliknya ada kelelahan mental dan fisik yang numpuk. Akhirnya, ambisi kejar sukses malah berubah jadi tekanan yang tanpa henti.
Kerja lembur memang bisa bantu sesaat, tapi bukan jaminan buat hidup mapan. Yang bikin kaya bukan jam kerja paling panjang, tapi strategi dan kemampuan buat bikin waktu kerja lebih bernilai.