Jamkrindo

Gedung Tertinggi Jadi Cara Negara Pamer Kemajuan dan Daya Saing Ekonomi

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 21 Oct 2025, 07:05 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Negara-negara di dunia terus berlomba membangun gedung tertinggi sebagai simbol kekuatan ekonomi, kemajuan teknologi, dan prestise nasional. Persaingan ini bukan cuma soal tinggi bangunan, tapi juga tentang gengsi dan citra global yang ingin ditunjukkan kepada dunia.

Pembangunan gedung supertinggi kini jadi tren global. Negara-negara seperti Uni Emirat Arab, China, dan Arab Saudi berlomba menciptakan arsitektur ikonik yang mampu menarik wisatawan, investasi, dan perhatian dunia internasional. Burj Khalifa di Dubai, misalnya, kini jadi ikon pariwisata yang mendatangkan jutaan dolar tiap tahun.

Tapi bukan cuma Dubai yang ambisius. Arab Saudi tengah menyelesaikan proyek Jeddah Tower, gedung yang digadang bakal melampaui 1.000 meter. Proyek bernilai miliaran dolar ini bukan hanya soal desain, tapi juga pesan: bahwa Saudi siap menjadi pusat ekonomi baru di Timur Tengah.

Di Asia Timur, China jadi pemain besar dalam peta pencakar langit. Lebih dari 100 gedung di atas 300 meter berdiri di berbagai kota seperti Shanghai, Shenzhen, dan Guangzhou. Ini jadi bukti kuatnya pertumbuhan ekonomi negara itu sekaligus upaya menandingi dominasi barat.

Gedung tinggi bukan hanya simbol kemegahan, tapi juga alat diplomasi ekonomi. Kota dengan skyline megah sering kali dipersepsikan sebagai pusat inovasi, modernitas, dan kekuatan finansial. Karena itu, negara berlomba membangun gedung tinggi untuk memperkuat daya tarik investasi global.

Selain aspek citra, ada juga faktor ekonomi nyata. Proyek pencakar langit menyerap ribuan tenaga kerja, mendorong sektor properti, dan meningkatkan nilai kawasan sekitar. Banyak kota yang berhasil mengubah dirinya jadi destinasi bisnis dan wisata hanya karena satu gedung ikonik.

Namun, fenomena ini juga memunculkan kritik. Beberapa pihak menilai pembangunan gedung supertinggi kerap tidak sebanding dengan manfaat sosialnya. Di beberapa negara berkembang, proyek semacam ini malah memperlebar jurang ekonomi antara kawasan elite dan masyarakat bawah.

Meski begitu, banyak negara tetap melihatnya sebagai langkah strategis jangka panjang. Gedung tinggi dianggap investasi simbolik yang menegaskan posisi negara di peta dunia. Semakin mencolok desain dan ketinggiannya, semakin kuat pesan modernitas yang ingin disampaikan.

Dari sisi teknologi, pembangunan gedung supertinggi juga jadi ajang inovasi. Arsitek dan insinyur di seluruh dunia berlomba mengembangkan material ramah lingkungan, sistem keamanan tinggi, hingga desain yang tahan gempa dan efisien energi.

Pada akhirnya, lomba membangun gedung tertinggi dunia bukan cuma soal siapa yang paling tinggi, tapi siapa yang paling diperhitungkan. Setiap meter tambahan mencerminkan ambisi, kekuatan, dan mimpi besar sebuah negara untuk diakui di panggung global.