JAKARTA, Cobisnis.com – Gugatan terbaru menuduh Meta, YouTube, TikTok, dan Snapchat sengaja menutupi temuan internal mereka sendiri mengenai bagaimana platform mereka dapat merusak kesehatan mental remaja. Menurut dokumen hukum yang baru dibuka ke publik, perusahaan-perusahaan tersebut diduga mengetahui betul betapa adiktifnya aplikasi mereka bagi para remaja namun tetap menargetkan pengguna muda demi meningkatkan keterlibatan dan pendapatan iklan.
Dalam dokumen tersebut, peneliti Meta menyatakan dalam obrolan internal bahwa “Instagram adalah obat … kita pada dasarnya adalah pengedar narkoba.” Laporan internal TikTok menegaskan bahwa anak di bawah umur tidak memiliki kemampuan eksekutif untuk mengontrol waktu layar. Sementara itu, eksekutif Snapchat mengakui adanya “kecanduan Snapchat” yang dapat menguasai hidup pengguna. Tim YouTube pun pernah menyebut upaya mendorong penggunaan harian yang lebih sering tidak sejalan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan digital.
Gugatan besar ini diajukan oleh ratusan individu, distrik sekolah, dan jaksa agung di seluruh Amerika Serikat, menuduh empat perusahaan tersebut sengaja merancang fitur yang memaksimalkan keterlibatan remaja demi keuntungan iklan. Distrik sekolah menyebut bahwa dampaknya menciptakan krisis kesehatan mental yang membebani institusi pendidikan dan menuntut tambahan layanan konseling.
Meta, TikTok, dan Snap membantah tuduhan tersebut dan menyebut dokumen gugatan hanya menampilkan kutipan yang dipilih secara sepihak. Mereka berargumen bahwa tuduhan tersebut mendistorsikan upaya keselamatan yang telah mereka lakukan.
Dokumen sepanjang 235 halaman yang dipublikasikan pada Jumat itu menggambarkan bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi tersebut diduga menyadari bahwa alat keselamatan remaja dan kontrol orang tua yang mereka buat memiliki efektivitas yang terbatas.
Salah satu temuan menyebutkan bahwa Meta membatalkan studi tahun 2019 yang bekerja sama dengan Nielsen setelah uji coba awal menunjukkan bahwa jeda seminggu dari Facebook justru membuat peserta merasa kurang cemas, kurang depresi, dan lebih sedikit melakukan perbandingan sosial. Seorang karyawan Meta menyamakan tindakan itu dengan praktik industri rokok yang menyembunyikan hasil riset berbahaya.
TikTok juga disebut menolak usulan batas waktu layar wajib karena dapat mengurangi pendapatan iklan. Fitur Family Pairing bahkan dinilai “tidak berguna” karena remaja dapat dengan mudah melepas keterhubungan dengan akun orang tua.
Gugatan tersebut juga menyoroti peran notifikasi larut malam, filter kecantikan, dan fitur scroll tanpa akhir yang mendorong kecanduan serta memicu masalah kesehatan mental. YouTube, misalnya, mengetahui video pendek dapat menciptakan “siklus kecanduan” namun tetap meluncurkan Shorts untuk bersaing dalam pasar video singkat.
Ketiga perusahaan Meta, TikTok, Snap beserta Google selaku induk YouTube menegaskan bahwa gugatan tersebut keliru dan tidak mencerminkan cara kerja platform mereka maupun komitmen keselamatan pengguna muda.
Para penggugat meminta sidang juri, menuding bahwa perusahaan teknologi tersebut telah menciptakan “gangguan publik” yang membebani sekolah serta komunitas.