JAKARTA, Cobisnis.com – Salmon dikenal sebagai ikan premium yang harganya bisa bikin kaget. Dari restoran sushi, hotel mewah, sampai supermarket impor, ikan ini selalu masuk kategori mahal. Tapi di balik daging oranye lembutnya, ada rantai panjang yang bikin harga salmon melambung tinggi di seluruh dunia.
Salmon bukan ikan sembarangan. Ia hanya bisa hidup di air dingin, bersih, dan stabil suhunya — seperti di Norwegia, Alaska, atau Selandia Baru. Lingkungan kayak gitu terbatas, jadi pasokan alami salmon juga terbatas. Kalau suhu air naik sedikit aja, ikan bisa stres atau mati, yang otomatis bikin biaya perawatannya naik.
Sebagian besar salmon yang beredar di pasaran saat ini adalah hasil budidaya. Prosesnya panjang, bisa makan waktu dua sampai tiga tahun sebelum siap panen. Selama itu, peternak wajib jaga kualitas air, kasih pakan tinggi nutrisi, dan pastikan ikan nggak kena penyakit. Setiap tahap butuh teknologi dan tenaga ahli, yang artinya biaya besar.
Harga salmon makin terdorong naik karena permintaan dunia yang terus meningkat. Dari Asia sampai Amerika, orang berlomba menikmati ikan yang kaya omega-3 dan protein ini. Tapi karena jumlah produksinya terbatas, hukum ekonomi berlaku: permintaan tinggi, harga pun ikut naik.
Selain itu, rantai distribusinya juga nggak murah. Salmon harus dijaga dalam suhu rendah sejak panen sampai disajikan. Sistem cold chain ini memerlukan fasilitas canggih dan transportasi cepat, terutama pengiriman udara lintas benua. Tak heran harga salmon bisa naik berkali lipat ketika sudah tiba di Asia.
Negara penghasil salmon seperti Norwegia dan Skotlandia juga menerapkan aturan ketat soal kebersihan dan keberlanjutan. Peternak wajib punya sertifikasi internasional seperti ASC atau MSC agar produknya diakui aman dan ramah lingkungan. Sertifikasi ini tentu menambah biaya, tapi juga menjaga reputasi salmon sebagai ikan premium.
Di sisi lain, perubahan iklim ikut memengaruhi harga. Suhu laut yang naik dan wabah penyakit di peternakan bisa bikin produksi turun drastis. Ketika suplai berkurang, pasar langsung bereaksi dengan kenaikan harga. Situasi ini sudah beberapa kali terjadi dalam lima tahun terakhir.
Harga salmon di Indonesia bervariasi tergantung asal dan kualitas. Salmon Norwegia umumnya dijual di kisaran Rp300 ribu hingga Rp700 ribu per kilogram. Untuk restoran, harga bisa lebih tinggi lagi tergantung potongan dan tingkat kesegarannya.
Popularitas salmon juga didorong oleh gaya hidup sehat. Banyak orang mulai mengganti daging merah dengan ikan kaya omega-3 seperti salmon. Tren ini bikin permintaan terus naik dari tahun ke tahun, terutama di kalangan menengah atas perkotaan.
Dengan semua faktor itu, wajar kalau salmon tetap bertahan sebagai ikan premium dunia. Dari laut Norwegia hingga meja makan di Jakarta, perjalanan ikan ini panjang dan penuh biaya. Setiap potongan lembut di piring adalah hasil dari sistem budidaya modern, logistik mahal, dan standar kualitas yang tinggi.