JAKARTA, COBISNIS.COM - Sejumlah data menunjukkan bahwa fenomena pemakaian tabungan atau "mantab" di kalangan masyarakat kelas menengah masih berlangsung. Namun, data yang diungkapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memberikan gambaran yang berbeda. Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, menyampaikan bahwa dana simpanan nasabah dengan nominal di bawah Rp 100 juta masih mengalami pertumbuhan hingga Agustus 2024. Ia menilai bahwa kondisi ini memperlihatkan bahwa fenomena "mantab" tidak seburuk yang sering diberitakan.
Purbaya menjelaskan bahwa kekhawatiran masyarakat selama ini, jika dilihat dari data, tidak seburuk yang banyak digembar-gemborkan. Meski demikian, pertumbuhan simpanan di bawah Rp 100 juta tidak terjadi secara merata. LPS mencatat bahwa simpanan dengan nominal kurang dari Rp 1 juta hanya tumbuh sebesar 0,72 persen secara tahunan, yang merupakan angka terendah pada 2024. Purbaya menambahkan bahwa rendahnya pertumbuhan tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kondisi keuangan yang terbatas atau belum disalurkannya bantuan langsung tunai (BLT) secara penuh.
Sementara itu, simpanan dengan nominal yang lebih besar mengalami pertumbuhan yang lebih signifikan. Simpanan di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 5 juta tumbuh sebesar 5,92 persen, simpanan Rp 5 juta hingga Rp 10 juta naik 6,16 persen, dan simpanan dalam rentang Rp 10 juta hingga Rp 25 juta tumbuh sebesar 5,28 persen. Selain itu, simpanan dengan nominal Rp 25 juta hingga Rp 50 juta naik 5,73 persen, dan simpanan Rp 50 juta hingga Rp 100 juta tumbuh 5,19 persen. Purbaya menekankan bahwa kelompok masyarakat dengan tabungan di angka ini menunjukkan perbaikan ekonomi, yang bertentangan dengan anggapan bahwa kelas menengah mengalami penurunan.
Ia menilai bahwa tren pertumbuhan simpanan di bawah Rp 100 juta ini merupakan indikator positif bagi ekonomi nasional. Menurutnya, kondisi ini menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat menggunakan tabungan mereka untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun masih ada yang mengalami tekanan ekonomi.
Sebagai tambahan informasi, Mandiri Spending Index (MSI) hingga kuartal III-2024 menunjukkan bahwa daya beli masyarakat mulai membaik. Namun, di saat yang sama, data juga mencatat bahwa dana pihak ketiga (DPK) dari masyarakat kelas menengah dengan tabungan Rp 1 juta hingga Rp 10 juta turun 0,2 persen, sedangkan indeks DPK untuk kelas atas dengan tabungan di atas Rp 10 juta menurun 1,3 persen pada September 2024. Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menjelaskan bahwa meskipun fenomena "mantab" masih ada, bantuan sosial mulai memberikan dampak positif terhadap perbaikan kondisi ekonomi masyarakat.
Purbaya menjelaskan bahwa kekhawatiran masyarakat selama ini, jika dilihat dari data, tidak seburuk yang banyak digembar-gemborkan. Meski demikian, pertumbuhan simpanan di bawah Rp 100 juta tidak terjadi secara merata. LPS mencatat bahwa simpanan dengan nominal kurang dari Rp 1 juta hanya tumbuh sebesar 0,72 persen secara tahunan, yang merupakan angka terendah pada 2024. Purbaya menambahkan bahwa rendahnya pertumbuhan tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kondisi keuangan yang terbatas atau belum disalurkannya bantuan langsung tunai (BLT) secara penuh.
Sementara itu, simpanan dengan nominal yang lebih besar mengalami pertumbuhan yang lebih signifikan. Simpanan di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 5 juta tumbuh sebesar 5,92 persen, simpanan Rp 5 juta hingga Rp 10 juta naik 6,16 persen, dan simpanan dalam rentang Rp 10 juta hingga Rp 25 juta tumbuh sebesar 5,28 persen. Selain itu, simpanan dengan nominal Rp 25 juta hingga Rp 50 juta naik 5,73 persen, dan simpanan Rp 50 juta hingga Rp 100 juta tumbuh 5,19 persen. Purbaya menekankan bahwa kelompok masyarakat dengan tabungan di angka ini menunjukkan perbaikan ekonomi, yang bertentangan dengan anggapan bahwa kelas menengah mengalami penurunan.
Ia menilai bahwa tren pertumbuhan simpanan di bawah Rp 100 juta ini merupakan indikator positif bagi ekonomi nasional. Menurutnya, kondisi ini menunjukkan bahwa tidak semua masyarakat menggunakan tabungan mereka untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun masih ada yang mengalami tekanan ekonomi.
Sebagai tambahan informasi, Mandiri Spending Index (MSI) hingga kuartal III-2024 menunjukkan bahwa daya beli masyarakat mulai membaik. Namun, di saat yang sama, data juga mencatat bahwa dana pihak ketiga (DPK) dari masyarakat kelas menengah dengan tabungan Rp 1 juta hingga Rp 10 juta turun 0,2 persen, sedangkan indeks DPK untuk kelas atas dengan tabungan di atas Rp 10 juta menurun 1,3 persen pada September 2024. Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menjelaskan bahwa meskipun fenomena "mantab" masih ada, bantuan sosial mulai memberikan dampak positif terhadap perbaikan kondisi ekonomi masyarakat.