Jamkrindo

Kebijakan Trump Picu Ketidakpastian, Perusahaan AS Rem Perekrutan Meski Ekonomi Kuat

Oleh Zahra Zahwa pada 24 Nov 2025, 05:06 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Sebuah ketidakwajaran dalam perekonomian Amerika Serikat mulai terlihat dan membuat para pejabat Federal Reserve waspada. Perusahaan-perusahaan AS secara signifikan memperlambat perekrutan tahun ini, ragu berinvestasi tanpa mengetahui dampak penuh dari kebijakan ekonomi besar-besaran Presiden Donald Trump.

Ekonomi AS kehilangan lapangan kerja pada Juni dan Agustus, sementara rata-rata pertumbuhan pekerjaan dalam tiga bulan yang berakhir pada September hanya sekitar 62.000. Namun di sisi lain, produktivitas pekerja tetap tinggi dan pertumbuhan PDB tetap kuat.

Kesenjangan antara ekonomi yang berkembang dan pasar tenaga kerja yang melemah ini menjadi teka-teki besar bagi The Fed, membuat pengambilan keputusan suku bunga semakin rumit. Dalam risalah pertemuan Oktober, pejabat Fed menyoroti tantangan dari kondisi ekonomi yang kuat namun penciptaan lapangan kerja lemah.

Seharusnya, PDB yang tumbuh, konsumsi kuat, serta investasi besar-besaran pada teknologi kecerdasan buatan (AI) mendorong perekrutan baru. Namun hal itu belum terjadi, bahkan dikhawatirkan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Menurut ekonom Oxford Economics, Ryan Sweet, 2025 bisa menjadi tahun dengan ekspansi tanpa pertumbuhan lapangan kerja atau jobless expansion yang membuat Fed harus mencari cara mendorong perusahaan kembali merekrut pekerja.

Meski investasi pada teknologi dan perangkat pemrosesan informasi meningkat, banyak perusahaan justru mengurangi biaya lain, termasuk perekrutan. Kebijakan besar Trump di bidang perdagangan dan imigrasi sejak awal tahun juga memperlambat kondisi pasar tenaga kerja. Para ekonom meragukan apakah penurunan suku bunga bisa menahan dampak ketidakpastian kebijakan tersebut.

Tingginya produktivitas memang menjaga ekonomi tetap berkembang, tetapi tanpa penciptaan pekerjaan yang memadai, negara berada di posisi rentan. Jika pasar kerja melemah lebih jauh, risiko resesi meningkat.

Pejabat Fed seperti Christopher Waller menilai perbedaan antara pertumbuhan PDB dan pertumbuhan lapangan kerja sebagai “konflik” yang pasti akan menemukan titik temu apakah lewat pelemahan ekonomi atau pemulihan pasar tenaga kerja.

Sementara itu, Presiden Fed Dallas, Lorie Logan, menegaskan bahwa pemotongan suku bunga tambahan hanya mungkin dilakukan jika ada bukti jelas inflasi turun lebih cepat atau pasar tenaga kerja melemah lebih signifikan.