JAKARTA, Cobisnis.com – Fenomena lulusan S1 yang bekerja sebagai pengemudi ojek online makin sering ditemui di kota besar. Banyak dari mereka berasal dari berbagai kampus ternama dan menjadikan pekerjaan ini sebagai jalan cepat mendapatkan penghasilan.
Kondisi ini muncul seiring kompetisi lapangan kerja formal yang semakin ketat. Banyak sarjana belum langsung terserap industri, sehingga memilih pekerjaan yang lebih fleksibel sembari menunggu kesempatan di bidangnya.
Guru Besar FEB UMY, Imamudin Yuliadi, menjelaskan bahwa pilihan menjadi ojol tidak bisa langsung dianggap sebagai kegagalan pendidikan tinggi. Menurutnya, banyak lulusan menjadikan pekerjaan ini sebagai batu loncatan.
Model kerja platform seperti ojol dianggap paling mudah diakses. Dengan kendaraan pribadi dan ponsel, seseorang bisa langsung bekerja tanpa menunggu proses seleksi panjang atau pengalaman kerja tertentu.
Di sisi lain, sektor digital tumbuh jauh lebih cepat dibanding beberapa sektor konvensional. Saat industri tertentu stagnan atau menyusut, pekerjaan berbasis aplikasi justru makin terbuka dan menyerap banyak tenaga kerja.
Fenomena ini juga menjadi katup pengaman di tengah angka pengangguran yang masih cukup tinggi. Banyak pekerja yang terdampak PHK akhirnya ikut masuk ke sektor ojol karena dinilai lebih aman dan cepat menghasilkan.
Imamudin menilai perubahan struktur ketenagakerjaan memang terjadi secara nyata. Pertumbuhan ekonomi digital memaksa tenaga kerja beradaptasi dengan jenis pekerjaan baru yang menuntut fleksibilitas dan kecepatan respons.
Namun kondisi ini sekaligus menjadi alarm bagi perguruan tinggi. Kurikulum yang kurang responsif terhadap perubahan industri membuat sebagian lulusan belum siap bersaing di pasar kerja formal.
Link and match kampus–industri menjadi faktor penting agar lulusan punya pengalaman nyata sebelum masuk dunia kerja. Program magang jangka panjang dinilai dapat membantu mahasiswa memahami kebutuhan pasar lebih awal.
Meski jumlah sarjana yang masuk ojol meningkat, pakar menegaskan bahwa ekonomi Indonesia masih punya ruang pertumbuhan. Tantangannya adalah menciptakan lebih banyak pekerjaan formal lewat investasi, tata kelola yang baik, serta penguatan UMKM daerah.