JAKARTA, Cobisnis.com – Global Anti-Scam Alliance (GASA) kini hadir di Indonesia, menandai langkah signifikan dalam upaya memerangi penipuan digital yang kian meningkat di tanah air. Peluncuran cabang GASA Indonesia diumumkan oleh Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat), Mastercard, dan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), sebagai respons strategis terhadap tingginya tingkat penipuan yang merugikan konsumen.
Berdasarkan Asia Scam Report 2024 dari GASA, 65% warga Indonesia mengalami upaya penipuan setiap minggu, mulai dari penipuan phishing hingga investasi palsu. Dengan mengusung tema “Memperkuat Kepercayaan, Memfasilitasi Pertumbuhan”, GASA Indonesia bertujuan untuk:
• Mengumpulkan para pemangku kepentingan dari berbagai sektor—pemerintah, industri teknologi, lembaga keuangan, dan organisasi perlindungan konsumen—untuk berkolaborasi.
• Melakukan pertukaran informasi tentang tren dan taktik penipuan terbaru.
• Melaksanakan kampanye edukasi publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
• Mendorong inovasi kebijakan untuk menciptakan kerangka kerja yang lebih kuat.
• Bekerja sama erat dengan pemerintah, seperti Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk memastikan sinergi yang kuat.
Sebagai cabang kedua di Asia Tenggara setelah Singapura, GASA Indonesia dipimpin oleh Indosat sebagai Ketua, dengan Mastercard dan AFTECH sebagai Wakil Ketua. Koalisi ini juga diperkuat oleh anggota pendiri lain seperti DANA, Google, GSMA, Meta, Shopee, dan Tech for Good Institute.
Menurut Reski Damayanti, Ketua GASA Indonesia dan Chief Legal & Regulatory Officer Indosat, penipuan digital telah menjadi ancaman sistemik yang membutuhkan tindakan tegas bersama. Sementara itu, Aileen Goh, Country Manager Mastercard Indonesia, menambahkan bahwa GASA akan menjadi jembatan vital yang menghubungkan Indonesia dengan jaringan global anti-penipuan, memungkinkan pertukaran informasi dan praktik terbaik.
Sebagai bagian dari agenda awal, GASA Indonesia tengah menggagas sebuah penelitian bertajuk “Kondisi Penipuan di Indonesia”. Studi ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam mengenai lanskap ancaman lokal, yang akan menjadi landasan untuk merumuskan strategi pencegahan yang lebih efektif.
Berdasarkan Asia Scam Report 2024 dari GASA, 65% warga Indonesia mengalami upaya penipuan setiap minggu, mulai dari penipuan phishing hingga investasi palsu. Dengan mengusung tema “Memperkuat Kepercayaan, Memfasilitasi Pertumbuhan”, GASA Indonesia bertujuan untuk:
• Mengumpulkan para pemangku kepentingan dari berbagai sektor—pemerintah, industri teknologi, lembaga keuangan, dan organisasi perlindungan konsumen—untuk berkolaborasi.
• Melakukan pertukaran informasi tentang tren dan taktik penipuan terbaru.
• Melaksanakan kampanye edukasi publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
• Mendorong inovasi kebijakan untuk menciptakan kerangka kerja yang lebih kuat.
• Bekerja sama erat dengan pemerintah, seperti Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk memastikan sinergi yang kuat.
Sebagai cabang kedua di Asia Tenggara setelah Singapura, GASA Indonesia dipimpin oleh Indosat sebagai Ketua, dengan Mastercard dan AFTECH sebagai Wakil Ketua. Koalisi ini juga diperkuat oleh anggota pendiri lain seperti DANA, Google, GSMA, Meta, Shopee, dan Tech for Good Institute.
Menurut Reski Damayanti, Ketua GASA Indonesia dan Chief Legal & Regulatory Officer Indosat, penipuan digital telah menjadi ancaman sistemik yang membutuhkan tindakan tegas bersama. Sementara itu, Aileen Goh, Country Manager Mastercard Indonesia, menambahkan bahwa GASA akan menjadi jembatan vital yang menghubungkan Indonesia dengan jaringan global anti-penipuan, memungkinkan pertukaran informasi dan praktik terbaik.
Sebagai bagian dari agenda awal, GASA Indonesia tengah menggagas sebuah penelitian bertajuk “Kondisi Penipuan di Indonesia”. Studi ini diharapkan dapat memberikan wawasan mendalam mengenai lanskap ancaman lokal, yang akan menjadi landasan untuk merumuskan strategi pencegahan yang lebih efektif.
Kehadiran GASA di Indonesia tidak hanya menempatkan negara ini sebagai pemimpin regional dalam memerangi penipuan digital, tetapi juga menunjukkan komitmen kuat dalam membangun ekosistem digital yang aman, tepercaya, dan inklusif.