JAKARTA, Cobisnis.com – PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) akhirnya angkat bicara terkait langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tengah menyelidiki dugaan korupsi dalam proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh. KCIC menegaskan akan bersikap kooperatif terhadap seluruh proses yang dijalankan lembaga antirasuah tersebut.
Corporate Secretary PT KCIC, Eva Chairunisa, mengatakan pihaknya menghormati langkah yang diambil KPK dalam menjalankan tugasnya. “Terkait hal tersebut, KCIC kooperatif dan akan menghormati semua proses yang akan dijalankan KPK,” ujar Eva, Rabu (29/10/2025).
KPK sebelumnya telah memastikan bahwa penyelidikan terhadap dugaan tindak pidana korupsi proyek Whoosh sudah berjalan sejak awal tahun 2025. Fokus penyelidikan mencakup potensi penggelembungan anggaran atau mark up dalam pembangunan proyek tersebut.
Juru Bicara KPK, Budi Prasetyo, menyebut proses pengumpulan informasi dan keterangan sudah dimulai sejak lama, meski baru diumumkan ke publik belakangan ini. “Penyelidikan perkara ini sudah dimulai sejak awal tahun,” katanya di Gedung Merah Putih, Jakarta.
Budi menjelaskan, penyelidikan dilakukan secara tertutup dan masih dalam tahap pengumpulan data serta keterangan dari berbagai pihak. Ia juga membuka kesempatan bagi masyarakat yang memiliki informasi tambahan untuk membantu proses penyelidikan.
“Secara umum, tim terus melakukan pencarian keterangan yang dibutuhkan untuk mengungkap perkara ini,” ujar Budi menambahkan.
Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang mulai dibangun sejak 2016 dan resmi beroperasi pada Oktober 2023. Proyek ini digadang-gadang sebagai simbol modernisasi transportasi Indonesia karena memangkas waktu tempuh Jakarta–Bandung menjadi sekitar 40–45 menit.
KCIC sendiri merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia, yaitu PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang memegang 60 persen saham, dan konsorsium China, Beijing Yawan HSR Co. Konsorsium PSBI beranggotakan PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Wijaya Karya (WIKA), PT Jasa Marga, dan PT Perkebunan Nusantara I.
Namun di balik pencapaian itu, proyek ini juga menimbulkan beban keuangan besar. Total investasi proyek mencapai 7,27 miliar dolar AS atau sekitar Rp120,38 triliun dengan kurs Rp16.500. Angka itu sudah termasuk pembengkakan biaya atau cost overrun sekitar 1,2 miliar dolar AS.
Mahalnya biaya pembangunan dan tingginya pembiayaan proyek ini membuat publik kerap mempertanyakan transparansi dan efisiensi dana yang dikelola. Karena itu, langkah KPK dianggap penting untuk memastikan penggunaan dana publik berjalan sesuai aturan dan akuntabel.
Pihak KCIC menyatakan akan tetap fokus menjaga layanan operasional Whoosh sambil mengikuti proses hukum yang tengah berjalan. “Kami mendukung semua upaya untuk memastikan proyek ini tetap transparan dan akuntabel,” tegas Eva.