JAKARTA, Cobisnis.com – Makkah selalu menjadi pusat perhatian dunia karena kedudukannya sebagai kota paling suci bagi umat Islam. Setiap tahun, jutaan jamaah dari berbagai negara datang untuk melaksanakan ibadah haji maupun umrah. Fenomena ini tidak hanya memperkuat nilai spiritual, tetapi juga menggerakkan roda ekonomi secara signifikan.
Ka’bah, yang berdiri di tengah Masjidil Haram, menjadi titik kiblat salat umat Islam di seluruh dunia. Dibangun oleh Nabi Ibrahim bersama putranya, Nabi Ismail, ribuan tahun lalu, Ka’bah telah mengalami beberapa kali pemugaran, namun letaknya tidak pernah berubah. Hal ini memperlihatkan kekuatan simbolis yang tetap terjaga lintas zaman.
Makkah juga menyimpan nilai sejarah penting sebagai tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tahun 570 M, yang dikenal sebagai Tahun Gajah. Kini, rumah kelahiran beliau telah dijadikan perpustakaan, menjadi bukti bahwa kota ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat pengetahuan.
Daya tarik Makkah tidak hanya karena nilai religiusnya, tetapi juga karena sifatnya yang dinamis. Kota ini selalu ramai dikunjungi jamaah. Bagi umat Islam, haji merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi yang mampu, dan hal itu menjadikan Makkah sebagai destinasi spiritual terbesar di dunia.
Keunikan lain yang membuat Makkah berbeda adalah aturan ketat yang diberlakukan: hanya umat Islam yang diperbolehkan masuk ke kota ini. Larangan bagi non-Muslim menjadi bagian dari upaya menjaga kesucian wilayah yang memiliki makna spiritual tinggi.
Di dalam Masjidil Haram, ada sumur Zamzam yang tak pernah kering sejak ribuan tahun lalu. Air Zamzam diyakini penuh berkah dan selalu diburu jamaah haji maupun umrah sebagai oleh-oleh spiritual. Fakta ini membuat air Zamzam memiliki nilai ekonomi tersendiri dalam perdagangan lintas negara.
Meski dikenal sebagai kota suci, Makkah juga tidak tertinggal dalam pembangunan modern. Menara Abraj Al-Bait, atau dikenal sebagai Makkah Clock Tower, berdiri megah sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia. Kehadiran menara ini menegaskan bahwa spiritualitas dan modernitas dapat berjalan berdampingan di kota yang sama.
Ekonomi Makkah sangat bergantung pada arus jamaah. Hotel, transportasi, restoran, hingga sektor retail berkembang pesat setiap musim haji dan umrah. Menurut data Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, setiap tahun miliaran dolar perputaran uang mengalir ke kota ini, menjadikannya salah satu episentrum ekonomi berbasis religi di dunia.
Hal unik lainnya, Makkah tidak memiliki bandara meskipun menjadi destinasi internasional yang sangat ramai. Para jamaah biasanya mendarat di Bandara King Abdulaziz Jeddah atau Bandara Taif, lalu melanjutkan perjalanan darat ke kota suci ini. Fakta ini turut membuka peluang bisnis transportasi darat yang sangat besar.
Secara geografis, Makkah dikelilingi pegunungan batu. Salah satunya Jabal Nur, lokasi Gua Hira tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama. Kawasan ini kini menjadi destinasi ziarah populer, menambah lapisan nilai spiritual sekaligus potensi wisata religi.
Dengan kombinasi spiritualitas, sejarah, modernitas, dan perputaran ekonomi, Makkah bukan sekadar kota ibadah, tetapi juga sebuah fenomena global yang tak pernah kehilangan relevansi.