Jamkrindo

Menjaga Keseimbangan Pencernaan di Tengah Kesibukan Modern

Oleh Dwi Natasya pada 15 Oct 2025, 22:16 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Dalam upaya menuju hidup yang lebih sehat, banyak orang merasa harus melakukan perubahan besar secara tiba-tiba. Padahal, menurut Dr. Vipada Sae-Lao, Nutrition Education and Training Lead – Asia Pacific Herbalife, langkah kecil yang dilakukan secara konsisten justru sering kali membawa dampak paling nyata bagi tubuh. Semua dimulai dari pusat keseimbangan tubuh kita—sistem pencernaan.

Dr. Sae-Lao menjelaskan, kembali pada pola makan tradisional bisa menjadi kunci menjaga kesehatan usus. Selama berabad-abad, pola makan masyarakat Asia yang kaya serat, sayuran, dan bahan alami telah mendukung pencernaan yang sehat. Namun kini, di tengah tekanan dan kesibukan hidup modern, makanan cepat saji dan minuman tinggi gula perlahan menggantikan menu bergizi yang dulu jadi kebiasaan.

Perubahan gaya hidup ini membawa dampak nyata. Keluhan seperti kembung, gangguan lambung, hingga iritasi usus kian banyak ditemui. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa hanya 3,3% masyarakat Indonesia yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai anjuran. Artinya, sebagian besar masyarakat belum mendapatkan asupan serat harian yang cukup untuk menunjang fungsi pencernaan.

“Saya tidak ingin menimbulkan rasa cemas, tapi mengajak kita semua untuk berhenti sejenak dan memikirkan apa yang benar-benar dibutuhkan tubuh,” ujar Dr. Sae-Lao.

Ia menegaskan pentingnya memahami fungsi pencernaan sebagai ‘otak kedua’ tubuh, yang berperan dalam imunitas, metabolisme, hingga kesehatan mental. Saluran pencernaan yang sehat menjadi tempat hidup jutaan mikroorganisme baik yang membantu memecah makanan, memproduksi vitamin, dan melindungi tubuh dari infeksi.

Sayangnya, pola makan modern sering kali miskin nutrisi penting seperti serat, kalium, magnesium, dan vitamin D. Makanan olahan serta tinggi gula dan lemak jenuh dapat mengganggu keseimbangan mikrobioma usus, menyebabkan peradangan, dan memicu berbagai gangguan pencernaan.

Namun, solusi untuk memperbaikinya tidak harus rumit. Menurut Dr. Sae-Lao, langkah kecil dan konsisten sudah cukup untuk memulihkan keseimbangan tubuh. “Kuncinya bukan perubahan besar, tapi kesadaran untuk membuat pilihan yang lebih baik, satu piring demi satu,” ujarnya.

Pola makan Asia yang kaya akan sayuran, biji-bijian, dan makanan fermentasi seperti kimchi, yogurt, dan kombucha terbukti secara ilmiah mendukung kesehatan pencernaan dan jantung. Rempah-rempah seperti jahe, kunyit, bawang putih, dan adas juga dikenal membantu memperlancar pencernaan dan mengurangi peradangan.

Selain itu, praktik makan dengan penuh kesadaran—mengunyah perlahan, memperhatikan rasa lapar, dan menghindari distraksi—dapat membantu tubuh bekerja lebih optimal dalam menyerap nutrisi serta menjaga komunikasi antara otak dan usus.

Dr. Sae-Lao juga menekankan bahwa setiap orang memiliki respons tubuh yang berbeda terhadap makanan, tergantung pada jenis bakteri ususnya. Karena itu, pendekatan nutrisi yang dipersonalisasi akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding diet seragam.

Untuk menjaga keseimbangan di tengah rutinitas padat, ia menyarankan cara praktis seperti merencanakan menu mingguan, menyiapkan bahan makanan sebelumnya, serta memastikan asupan cairan cukup. Tak kalah penting, tidur yang cukup dan aktivitas fisik rutin juga berperan besar dalam mendukung fungsi pencernaan.

“Mulailah dari hal kecil,” pesan Dr. Sae-Lao. “Ubah satu kebiasaan makan, nikmati setiap suapan dengan perlahan, dan dengarkan sinyal tubuh Anda. Pencernaan yang sehat akan menuntun Anda menuju tubuh yang lebih seimbang dan berenergi.”