JAKARTA, Cobisnis.com – Isu potensi merger antara GoTo dan Grab kembali mencuat dan menarik perhatian pelaku industri digital. Di tengah wacana tersebut, nasib bank digital yang berada dalam ekosistem kedua perusahaan ikut menjadi sorotan.
Salah satu yang terdampak perhatian publik adalah PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) atau Superbank. Bank digital ini selama ini dikenal dekat dengan ekosistem Grab sebagai salah satu penopang pertumbuhan bisnisnya.
Presiden Direktur Superbank Tigor M. Siahaan mengungkapkan sekitar 60% nasabah Superbank berasal dari ekosistem Grab. Angka ini menunjukkan peran besar ekosistem digital dalam mendorong akuisisi nasabah perbankan.
Menurut Tigor, keterlibatan Superbank dalam ekosistem Grab memberikan keuntungan strategis. Ekosistem tersebut dinilai sudah menyediakan basis pengguna yang jelas dan aktif.
Ia menyebut Superbank masih terus menggali potensi dari ekosistem yang ada. Pendekatan ini dinilai lebih efisien dibandingkan membangun basis nasabah dari nol.
Meski demikian, Tigor enggan berkomentar lebih jauh mengenai isu merger GoTo dan Grab. Ia menegaskan fokus perusahaan saat ini adalah memperkuat fondasi bisnis Superbank.
Di sisi lain, Superbank juga mulai mengembangkan basis nasabah di luar ekosistem Grab. Saat ini, sekitar 40% nasabah berasal dari luar ekosistem tersebut dan terus menunjukkan pertumbuhan.
Tigor menilai nasabah di luar ekosistem tetap penting untuk dilayani. Namun, optimalisasi ekosistem dinilai masih menjadi keunggulan utama yang terus dikembangkan.
Sejak resmi meluncur pada Juni 2024, Superbank telah mengantongi sekitar 5 juta nasabah. Aktivitas transaksi harian tercatat mencapai sekitar 1 juta transaksi per hari.
Capaian tersebut menunjukkan bahwa model kolaborasi dengan ekosistem digital masih relevan. Di tengah isu konsolidasi industri, Superbank memilih fokus memperkuat daya saing bisnisnya.