Jamkrindo

Mobil Listrik China Bakar Duit di Indonesia: Siapa yang Bakal Bertahan?

Oleh Desti Dwi Natasya pada 13 Nov 2025, 15:19 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Pasar mobil listrik di Indonesia lagi panas-panasnya, dan pemain dari China jadi yang paling agresif. Tapi pertanyaannya, seberapa lama mereka bisa bertahan sebelum “game over”?

Sekarang, sekitar 13% penjualan mobil listrik di Indonesia dikuasai brand asal China, dengan BYD memimpin hampir 54% pangsa pasar. Namun di balik pertumbuhan itu, industri ini sedang menghadapi risiko besar — bukan cuma bagi produsen, tapi juga konsumen.

Salah pilih mobil listrik dari China bisa berujung fatal. Dalam waktu 2–5 tahun ke depan, beberapa brand diprediksi bakal hilang dari pasar. Artinya, layanan spare parts dan garansi 7 tahun yang dijanjikan bisa jadi tak lagi berlaku.

Di sisi lain, harga mobil listrik bekas juga anjlok. Pada 2025, sejumlah model tercatat turun 10–40%, menunjukkan pasar yang belum stabil. Sementara di China sendiri, industri mobil listrik tengah “berdarah-darah” akibat perang harga. Dari lebih dari 100 brand lokal, cuma BYD dan Geely Group yang tampak cukup kuat buat bertahan.

Beberapa pemain lain sudah tumbang. Neta, misalnya, resmi bangkrut, meninggalkan banyak konsumen di Thailand yang terjebak dengan mobil tanpa layanan purna jual. Sementara raksasa teknologi seperti Huawei dan Xiaomi mulai ikut bermain, memperluas ekosistem mereka hingga ke sektor otomotif — menjadikan mobil bukan sekadar kendaraan, tapi bagian dari gaya hidup digital yang terhubung dengan ponsel dan rumah pintar.

Dengan kondisi pasar yang semakin kompetitif, konsumen Indonesia perlu lebih jeli. Mobil listrik bukan cuma soal harga dan fitur, tapi soal keberlanjutan merek di masa depan.