Jamkrindo

Penjualan Senjata Terbesar AS ke Taiwan Disetujui, China Langsung Murka

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 18 Dec 2025, 19:08 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Amerika Serikat menyetujui penjualan senjata terbesar sepanjang sejarah kepada Taiwan dengan nilai mencapai US$11,1 miliar atau sekitar Rp185 triliun. Persetujuan ini diumumkan pada Rabu, 17 Desember 2025, dan menjadi paket kedua di masa jabatan terbaru Presiden Donald Trump.

Paket persenjataan tersebut mencakup delapan jenis sistem utama, mulai dari peluncur roket HIMARS, meriam artileri swagerak M109, rudal antitank Javelin, drone kamikaze Altius, hingga berbagai suku cadang sistem tempur lain.

Kementerian Pertahanan Taiwan menyebut seluruh sistem dirancang untuk meningkatkan daya hancur dengan biaya relatif efisien. Strategi ini sejalan dengan doktrin perang asimetris yang kini menjadi fokus utama pertahanan Taipei.

Pemerintah Taiwan menilai dukungan Amerika Serikat krusial untuk membangun daya tangkal yang kuat. Menurut Taipei, kemampuan pertahanan yang memadai menjadi fondasi stabilitas dan perdamaian di kawasan Selat Taiwan.

Meski telah disetujui, paket penjualan senjata tersebut masih berada pada tahap notifikasi ke Kongres AS. Secara teoritis, Kongres dapat memblokir atau mengubah kesepakatan, meski dukungan lintas partai terhadap Taiwan selama ini tergolong solid.

Pentagon menegaskan penjualan ini sejalan dengan kepentingan nasional Amerika Serikat, baik dari sisi keamanan, ekonomi, maupun stabilitas kawasan. Washington menilai modernisasi militer Taiwan penting untuk menciptakan kemampuan pertahanan yang kredibel terhadap China.

Dalam beberapa tahun terakhir, Taiwan mengubah pendekatan militernya. Fokus tidak lagi pada adu kekuatan konvensional, melainkan pada penggunaan senjata presisi, mobile, dan berbiaya lebih rendah seperti drone dan roket jarak menengah.

Pemerintah Taiwan juga menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat pertahanan nasional. Presiden Lai Ching-te sebelumnya mengumumkan rencana anggaran tambahan pertahanan hingga US$40 miliar untuk periode 2026–2033.

Langkah Amerika Serikat ini memicu reaksi keras dari Beijing. Pemerintah China menilai penjualan senjata tersebut merusak stabilitas kawasan dan menuding Washington “bermain api” dengan mempersenjatai Taiwan.

Meski demikian, analis militer menilai sistem seperti HIMARS memiliki nilai strategis tinggi bagi Taiwan. Penjualan ini dipandang sebagai sinyal kuat bahwa AS tetap berkomitmen menahan laju pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik.