JAKARTA, Cobisnis.com - PT Pupuk Indonesia (Persero) mencatat penyaluran pupuk subsidi telah mencapai lebih dari 2,8 juta ton per 21 Mei 2025. Adapun alokasi pupuk subsidi di tahun ini adalah sebesar 9,5 juta ton.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan bahwa realisasi penyaluran pupuk subsidi sudah mencapai 31,67 persen dari total kontrak penyaluran dengan pemerintah sebesar 9 juta ton.
“Kalau alokasi kan 9,5 juta ton. Sampai saat ini yang sudah tersalurkan itu 2,8 juta ton. Dan itu sudah melebihi 3 tahun terakhir. Artinya memang kalau serapan pupuk naik, ya sudah pasti produksi akan naik,” tuturnya di Desa Srimahi, Kec. Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis, 22 Mei.
Rinciannya, pupuk urea ralisasinya mencapai 1.367.917 ton atau 31,12 persen dari total kontrak dengan pemerintah sebesar 4.395.307 ton. Lalu, NPK 15 10 12 sebanyak 1.378.985 ton atau 34,21 persen dari total kontrak sebesar 4.030.902 ton.
Kemudian, NPK formula khusus sebanyak 21.434 ton atau 20,88 persen dari total kontrak prnyaluran pupuk dengan pemerintah sebesar 102.652 ton. Sementara, realisasi penyaluran pupuk organik mencapai 90.721 ton atau 18,14 persen dari total kontrak dengan pemerintah sebayak 500.000 ton.
Sekadar informasi, terdapat perbedan kontrak pemerintah secara rill dengan alikasi pupuk subsidi di tahun 2025 ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan). Jika sesuai dengan aturan, alokasi pupuk subsidi sebetulnya 9.550.000 ton.
Namun, pemerintah pada tahun ini hanya melakukan kontrak dengan Pupuk Indonesia sebasar 9.028.861 ton. Sehingga, kuota tersebut secara riil yang disalurkan kepada para petani penerima manfaat.
Saat ditanya mengenai penyaluran terbanyak dilakukan di daerah mana, Rahmad bilang bahwa penyaluran pupuk sebetulnya merata karena semua wilayah sedang masuk masa penanaman padi.
“Kalau sekarang, ini kan lumbung padi. Semua menanam dimulai dari Jawa Timur, diikuti Jawa Tengah. Insyallah sebentar lagi ini Jabar akan masuk musim tanam,” tuturnya.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan bahwa realisasi penyaluran pupuk subsidi sudah mencapai 31,67 persen dari total kontrak penyaluran dengan pemerintah sebesar 9 juta ton.
“Kalau alokasi kan 9,5 juta ton. Sampai saat ini yang sudah tersalurkan itu 2,8 juta ton. Dan itu sudah melebihi 3 tahun terakhir. Artinya memang kalau serapan pupuk naik, ya sudah pasti produksi akan naik,” tuturnya di Desa Srimahi, Kec. Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis, 22 Mei.
Rinciannya, pupuk urea ralisasinya mencapai 1.367.917 ton atau 31,12 persen dari total kontrak dengan pemerintah sebesar 4.395.307 ton. Lalu, NPK 15 10 12 sebanyak 1.378.985 ton atau 34,21 persen dari total kontrak sebesar 4.030.902 ton.
Kemudian, NPK formula khusus sebanyak 21.434 ton atau 20,88 persen dari total kontrak prnyaluran pupuk dengan pemerintah sebesar 102.652 ton. Sementara, realisasi penyaluran pupuk organik mencapai 90.721 ton atau 18,14 persen dari total kontrak dengan pemerintah sebayak 500.000 ton.
Sekadar informasi, terdapat perbedan kontrak pemerintah secara rill dengan alikasi pupuk subsidi di tahun 2025 ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan). Jika sesuai dengan aturan, alokasi pupuk subsidi sebetulnya 9.550.000 ton.
Namun, pemerintah pada tahun ini hanya melakukan kontrak dengan Pupuk Indonesia sebasar 9.028.861 ton. Sehingga, kuota tersebut secara riil yang disalurkan kepada para petani penerima manfaat.
Saat ditanya mengenai penyaluran terbanyak dilakukan di daerah mana, Rahmad bilang bahwa penyaluran pupuk sebetulnya merata karena semua wilayah sedang masuk masa penanaman padi.
“Kalau sekarang, ini kan lumbung padi. Semua menanam dimulai dari Jawa Timur, diikuti Jawa Tengah. Insyallah sebentar lagi ini Jabar akan masuk musim tanam,” tuturnya.