Jamkrindo

Rupiah Anjlok hingga Menyentuh Rp16.200 Per Dolar AS, ini Dampaknya Secara Langsung pada Masyarakat

Oleh Saeful Imam pada 19 Apr 2024, 18:00 WIB

Rupiah anjlok terhadap dolar US

JAKARTA, Cobisnis.com - Harga berbagai produk di pasar berpotensi naik seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah, yang saat ini telah mencapai Rp 16.200 per dolar AS. Fenomena ini disebabkan oleh potensi kenaikan biaya produksi.

Menurut Ekonom dari Center of Reform on Economic (Core), Yusuf Rendy Manilet, jika pelemahan nilai tukar rupiah berlanjut dalam jangka waktu yang lama, harga barang impor kemungkinan akan meningkat. Di samping itu, sebagian industri di Indonesia masih mengandalkan bahan baku impor.

Menurut Yusuf, beberapa industri di dalam negeri bergantung pada bahan baku impor untuk proses produksi. Dia menyatakan bahwa ketika harga bahan baku tersebut naik, hal ini akan berdampak pada biaya produksi produk industri tersebut.

Dengan adanya peningkatan biaya produksi, pelaku usaha memiliki dua pilihan. Pertama, mereka bisa mempertahankan harga barang tanpa kenaikan, yang berarti mereka harus rela mengurangi margin keuntungan. Namun, tidak semua pelaku usaha memiliki fleksibilitas untuk melakukan hal ini.

Menurut Yusuf, tidak semua industri atau bisnis bisa menerapkan pendekatan ini, sehingga beberapa di antaranya terpaksa menaikkan harga barang mereka.

Langkah ini diambil untuk menyesuaikan biaya produksi dengan margin keuntungan yang diinginkan. Namun, kenaikan harga barang di pasar akhirnya berdampak pada kenaikan laju inflasi. Yusuf menjelaskan bahwa kenaikan harga barang secara cepat dapat mengubah pola konsumsi masyarakat.

Menurutnya, dampaknya, jika inflasi meningkat karena kenaikan harga barang tersebut, Bank Indonesia akan mengawasi apakah inflasi berpotensi meningkat lebih lanjut.

Apabila inflasi berlanjut, peluang Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuannya akan semakin kecil. Menurut Yusuf, suku bunga adalah salah satu alat kebijakan utama bank sentral untuk mengendalikan inflasi. Dengan suku bunga yang tinggi dalam jangka waktu yang lama, biaya pembiayaan akan tetap tinggi, yang pada gilirannya akan berdampak pada sektor riil.

Menurut Yusuf, mereka akan kesulitan mendapatkan sumber pendanaan dengan biaya yang lebih rendah.