JAKARTA, COBISNIS.COM - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan bahwa dari 47 perusahaan BUMN, tujuh di antaranya masih mengalami kerugian, sementara 40 lainnya tercatat dalam kondisi sehat.
Erick menyebutkan bahwa tujuh perusahaan yang masih merugi adalah PT Krakatau Steel Tbk, PT Bio Farma, PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT Asuransi Jiwasraya, Perum Perumnas, dan Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI). Dia menjelaskan bahwa langkah intensif diperlukan untuk memperbaiki kinerja ketujuh BUMN tersebut dalam beberapa tahun mendatang.
Erick menjelaskan bahwa Krakatau Steel telah menjalani restrukturisasi pada 2019, tetapi kebakaran fasilitas pabrik pada Mei 2023 berdampak besar pada operasional perusahaan. Menurut Erick, langkah penyehatan terus dilakukan, termasuk kemungkinan kerjasama untuk mengoptimalkan EBITDA Krakatau Steel yang sudah positif. Dalam kasus Bio Farma, Erick menyebut perusahaan tersebut menghadapi tantangan karena impairment atau penurunan nilai aset vaksin COVID-19 yang sudah kedaluwarsa. Impairment ini terjadi karena pada masa pandemi COVID-19, pemerintah menugaskan Bio Farma membeli vaksin dalam jumlah besar untuk kebutuhan dalam negeri.
Meski demikian, Erick menjelaskan bahwa Bio Farma kini mulai bangkit dengan komitmen distribusi vaksin polio senilai Rp 1,4 triliun dari pasar internasional. Selain itu, pemerintah juga memperbaiki kinerja anak perusahaan Bio Farma, yaitu Indofarma dan Kimia Farma. Indofarma telah menyelesaikan proses PKPU, sementara Kimia Farma sedang menjalani restrukturisasi dengan para kreditur perbankan untuk memperbaiki kondisi keuangan.
BUMN lain yang menghadapi restrukturisasi adalah PT Wijaya Karya Tbk dan PT Waskita Karya Tbk. Erick menyatakan bahwa Wijaya Karya masih dalam proses restrukturisasi, sedangkan Waskita Karya telah mencapai kesepakatan restrukturisasi utang sebesar Rp 26 triliun dengan 21 kreditur. Erick juga menunggu persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum untuk mengonsolidasi tujuh perusahaan karya menjadi tiga perusahaan agar lebih efisien dan sehat.
Untuk Asuransi Jiwasraya, Erick melaporkan bahwa proses restrukturisasi menunjukkan progres positif, dengan 99,9 persen pemegang polis menyetujui program ini. Sementara itu, Erick mengatakan bahwa Perumnas perlu beralih dari pengembangan rumah tapak ke hunian vertikal, seiring dengan keterbatasan lahan di Indonesia yang terus menghadapi tantangan kepadatan penduduk.
Terakhir, Erick menyoroti masalah yang dihadapi PNRI, yang mengalami penurunan permintaan cetakan surat-surat negara. Dia menyampaikan bahwa dengan terbukanya pasar percetakan, PNRI mulai kalah bersaing. Kementerian BUMN akan mempertimbangkan opsi restrukturisasi untuk memaksimalkan potensi PNRI dengan memanfaatkan sisa aset yang ada.
Erick menyebutkan bahwa tujuh perusahaan yang masih merugi adalah PT Krakatau Steel Tbk, PT Bio Farma, PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT Asuransi Jiwasraya, Perum Perumnas, dan Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI). Dia menjelaskan bahwa langkah intensif diperlukan untuk memperbaiki kinerja ketujuh BUMN tersebut dalam beberapa tahun mendatang.
Erick menjelaskan bahwa Krakatau Steel telah menjalani restrukturisasi pada 2019, tetapi kebakaran fasilitas pabrik pada Mei 2023 berdampak besar pada operasional perusahaan. Menurut Erick, langkah penyehatan terus dilakukan, termasuk kemungkinan kerjasama untuk mengoptimalkan EBITDA Krakatau Steel yang sudah positif. Dalam kasus Bio Farma, Erick menyebut perusahaan tersebut menghadapi tantangan karena impairment atau penurunan nilai aset vaksin COVID-19 yang sudah kedaluwarsa. Impairment ini terjadi karena pada masa pandemi COVID-19, pemerintah menugaskan Bio Farma membeli vaksin dalam jumlah besar untuk kebutuhan dalam negeri.
Meski demikian, Erick menjelaskan bahwa Bio Farma kini mulai bangkit dengan komitmen distribusi vaksin polio senilai Rp 1,4 triliun dari pasar internasional. Selain itu, pemerintah juga memperbaiki kinerja anak perusahaan Bio Farma, yaitu Indofarma dan Kimia Farma. Indofarma telah menyelesaikan proses PKPU, sementara Kimia Farma sedang menjalani restrukturisasi dengan para kreditur perbankan untuk memperbaiki kondisi keuangan.
BUMN lain yang menghadapi restrukturisasi adalah PT Wijaya Karya Tbk dan PT Waskita Karya Tbk. Erick menyatakan bahwa Wijaya Karya masih dalam proses restrukturisasi, sedangkan Waskita Karya telah mencapai kesepakatan restrukturisasi utang sebesar Rp 26 triliun dengan 21 kreditur. Erick juga menunggu persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum untuk mengonsolidasi tujuh perusahaan karya menjadi tiga perusahaan agar lebih efisien dan sehat.
Untuk Asuransi Jiwasraya, Erick melaporkan bahwa proses restrukturisasi menunjukkan progres positif, dengan 99,9 persen pemegang polis menyetujui program ini. Sementara itu, Erick mengatakan bahwa Perumnas perlu beralih dari pengembangan rumah tapak ke hunian vertikal, seiring dengan keterbatasan lahan di Indonesia yang terus menghadapi tantangan kepadatan penduduk.
Terakhir, Erick menyoroti masalah yang dihadapi PNRI, yang mengalami penurunan permintaan cetakan surat-surat negara. Dia menyampaikan bahwa dengan terbukanya pasar percetakan, PNRI mulai kalah bersaing. Kementerian BUMN akan mempertimbangkan opsi restrukturisasi untuk memaksimalkan potensi PNRI dengan memanfaatkan sisa aset yang ada.