Jamkrindo

Ekspor Korsel Anjlok, Korea Selatan Masuk Jurang Resesi

Oleh Rizki Meirino pada 23 Jul 2020, 12:59 WIB

Cobisnis.com - Setelah sebelumnya Singapura alami resesi imbas pandemi covid-19 dan adanya pembatasan wilayah serta kegiatan atau lockdown, kini menyusul Korea Selatan alami hal serupa yang terkena kontraksi minus 3,3 persen. Di satu sisi ekspor negeri ginseng ini anjlok hingga 16,6 persen.

Dilansir Reuters, pada Kamis (23/7/2020), Bank of Korea mengungkapkan dalam keterangan resminya bahwa Korea Selatan alami kontraksi hingga 3,3 persen di kuartal kedua. Hal itu merupakan kontraksi tertajam sejak kuartal I 1998 dan jauh lebih dalam dari prediksi di jajak pendapat sekitar 2,3 persen.

Sementara itu, tercatat produk domestik bruto Korea Selatan turun 2,9 persen dalam skala tahun ke tahun, penurunan terbesar sejak kuartal keempat 1998 dan lebih buruk dari penurunan 2,0 persen yang terlihat dalam jajak pendapat.

Ekspor Korea Selatan menyumbang hampir 40 persen dari ekonomi negara tersebut, menjadi hambatan terbesar pada pertumbuhan tahun ini dan turun 16,6 persen pada kuartal II-2020 yang menandai penurunan terburuk sejak 1963.

POSCO Korea Selatan, produsen baja terbesar kelima di dunia, melaporkan penurunan 84,3 persen dalam laba operasi pada kuartal kedua karena permintaan global untuk baja anjlok. Sedangkan pembuat chip memori nomor 2 terbesar di dunia SK Hynix memperingatkan ketidakpastian di kuartal kedua, bahkan ketika laba operasi kuartal kedua naik tiga kali lipat.

Melirik Singapura, seperti dikutip New York Times, perekonomiannya masuk ke zona resesi setelah minus 41,2 persen di kuartal II-2020 akibat penerapan lockdown yang terus diperpanjang. Diungkapkan Departemen Perdagangan dan Industri Singapura, angka tersebut menjadi kontraksi dari produk domestik bruto (PDB) Singapura pada triwulanan terbesar dalam sejarah Singapura. Akibatnya, ekonom memprediksi ekonomi negara di Asia Tenggara akan minus 37,4 persen.

Kini, Korea Selatan bergabung dengan Jepang, Thailand, dan Singapura dalam resesi teknis, yang didefinisikan sebagai dua perempat penurunan, karena pandemi tersebut menghantam ekonomi yang bergantung pada perdagangan Asia.

“Adalah mungkin bagi kita untuk melihat rebound di Cina pada kuartal ketiga karena pandemi melambat dan aktivitas dalam produksi di luar negeri, sekolah dan rumah sakit berlanjut," kata menteri keuangan Korea Selatan Hong Nam-ki setelah data dirilis dengan merujuk China yang kembali alami pertumbuhan di kuartal kedua setelah kemerosotan di awal tahun imbas covid-19.

Tercatat investasi konstruksi turun 1,3 persen kuartal-ke-kuartal, sedangkan investasi modal turun 2,9 persen. Kemudian Output dari manufaktur dan sektor jasa masing-masing turun 9,0 persen dan 1,1 persen.

Meski demikian terdapat kenaikan 1,4 persen dalam konsumsi swasta dari tiga bulan sebelumnya, berkat stimulus yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan melalui pemberian uang tunai yang mendorong pengeluaran untuk restoran, pakaian, dan kegiatan rekreasi.

Sejatinya, Pemerintah telah meluncurkan stimulus ekonomi sekitar 277 triliun won atau USD231 miliar untuk memerangi dampak ekonomi dari pandemi sejauh ini. Namun, para pembuat kebijakan memiliki sedikit kendali atas permintaan global untuk ekspor negara itu, mulai dari chip memori hingga mobil hingga produk petrokimia.

"Sementara pengeluaran konsumen harus secara bertahap pulih, ancaman dari virus tidak mungkin memudar sepenuhnya dan beberapa jarak sosial mungkin harus tetap di tempatnya," kata Ekonom Capital Economics Asia Alex Holmes.