Jamkrindo

Tahta Putra Mahkota Diperebutkan di tengah Sakitnya Raja Salman

Oleh Rizki Meirino pada 22 Jul 2020, 19:40 WIB

Cobisnis.com - Perebutan tahta kerajaan Arab Saudi kini tengah memanas pasca kabar Raja Salman dirawat di RS King Faisal. Perebutan tahta ini seputar kursi putra mahkota saat ini yang sekarang dijabat oleh Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) dengan putra mahkota Arab Saudi sebelumnya, Pangeran Muhammad bin Nayef bin Abdulaziz al Saud.

Muhammad bin Nayef kala itu digulingkan dari tahta putra mahkota Arab Saudi pada 2017. Kudeta yang terjadi saat itu pun melibatkan MBS hingga berhasil menduduki jabatan putra mahkota Arab Saudi.

Twitter pun ikut memanas di tengah polemik perebutan kursi putra mahkota dan sakitnya Raja Salman. Muhammad bin Nayef yang ingin merebut kembali tahtanya dituduh korupsi.

"Mohammed Bin Nayef memungkinkan jaringan korupsi yang dijalankan oleh al Jabri (ajudan Muhammad bin Nayef yang juga pejabat intelijen) untuk beroperasi," tulis salah satu cuitan yang menjadi trending itu, seperti dikutip CNBC Indonesia, Rabu (22/7).

Sumber Reuters mengatakan munculnya kasus ini bukan tanpa alasan. Seorang diplomat yang tak disebutkan namanya mengatakan, ini upaya untuk semakin melengserkan Muhammad bin Nayef dalam deretan penerus tahta.

Serangan, di klaim dibuat pendukung pemerintah. Tujuannya menggoyang opini publik.

"Tweet membuka jalan bagi pemerintah Saudi untuk menuduh Muhammad bin Nayef terlibat dugaan korupsi Jabri," tulis Reuters mengutip sumber itu.

Sumber tersebut menambahkan, ini adalah kampanye tersusun yang mendiskreditkan Muhammad bin Nayef. Sebab, Putra Mahkota MBS sedang berusaha menyingkirkan saingan-saingannya dalam menggantikan posisi Raja Salam.

"Mereka telah menyiapkan dokumen melawannya sejak Maret," kata salah satu sumber, dikutip dari Reuters, menambahkan bahwa mereka yang berada di balik kampanye Twitter ingin "mencoreng citranya di dalam negeri".

Sebelum dipecat, Muhammad bin Nayef dipandang paling mumpuni menggantikan raja. Ia sempat mengendalikan pasukan keamanan negara dan mengembangkan hubungan dekat dengan agen-agen intelijen barat.

Ia pun dikenal populer di kalangan konservatif. Meski begitu, Maret 2020 lalu, ia sudah di tahan bersama dua bangsawan senior lain di lokasi yang dirahasiakan.