Jamkrindo

AI Akan Menghadapi Ujian Besar Saat Pasar Mulai Gelisah

Oleh Zahra Zahwa pada 22 Nov 2025, 19:33 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Kekhawatiran tentang gelembung kecerdasan buatan semakin meningkat dan menjadi salah satu penyebab volatilitas pasar saham belakangan ini. Industri AI kini menghadapi ujian besar ketika Nvidia perusahaan paling bernilai di dunia dan tulang punggung ledakan AI akan melaporkan pendapatannya pada Rabu sore. Reli pasar saham yang terus berjalan sejak April sangat bergantung pada Nvidia, yang selama tiga tahun terakhir mendorong pasar naik berkat dominasinya dalam kekuatan komputasi AI.

Investor ingin mengetahui apakah permintaan chip Nvidia masih terus naik atau justru mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan pasar AI. Laporan laba dari Palantir yang melampaui ekspektasi tidak cukup menenangkan pasar, karena kekhawatiran valuasi mahal dan potensi gelembung kembali memicu aksi jual saham AI. Saham Nvidia sendiri turun lebih dari 8% bulan ini, meski masih naik 37% sepanjang tahun. Banyak analis menilai pasar mulai mempertanyakan apakah hype AI akan benar-benar berubah menjadi kenyataan.

Karena chip Nvidia digunakan hampir di setiap proyek AI besar, pendapatan serta komentar CEO Jensen Huang akan diamati dengan sangat ketat. Jika Nvidia gagal memenuhi ekspektasi tinggi pasar, dampaknya bisa signifikan. Dengan bobot sekitar 8% dari indeks S&P 500, setiap pergerakan saham Nvidia sangat mempengaruhi investor di pasar, termasuk pemilik 401(k). Tahun ini, kenaikan Nvidia menyumbang 18% dari total kenaikan S&P 500.

Sejak laporan laba terakhir pada Agustus, muncul kekhawatiran tentang pembiayaan melingkar dalam industri teknologi yang terikat dalam jaringan kesepakatan bernilai luar biasa besar. Kini pasar semakin cemas apakah dana yang mengalir ke AI benar-benar memiliki dasar kuat, terutama ketika valuasi saham teknologi dinilai semakin mahal. Banyak analis memperingatkan bahwa laporan Nvidia kali ini berperan penting untuk menentukan apakah siklus AI masih berlanjut atau mulai melemah.

Nvidia, dengan valuasi $4,4 triliun, kini lebih besar dari ekonomi hampir seluruh negara kecuali Amerika Serikat, China, dan Jerman. Nasibnya juga terkait erat dengan perusahaan teknologi besar lainnya yang mengandalkan chip Nvidia. Tanda perlambatan permintaan dapat mengindikasikan menurunnya keyakinan terhadap pembangunan infrastruktur AI.

Meskipun ada kecemasan pasar, sejumlah analis tetap optimis Nvidia mampu mencatatkan kinerja kuat. Chatbot seperti ChatGPT serta pusat data yang menjalankan AI sangat bergantung pada chip perusahaan tersebut, menjadikannya fondasi gelombang AI saat ini. Inilah mengapa setiap kata dari Jensen Huang dipantau ketat, karena dianggap sebagai barometer kesehatan ekosistem AI global.