Jamkrindo

Diboikot, KFC Indonesia Catat Kerugian Beruntun hingga Rugi Bersih Capai Rp557 Miliar pada Kuartal III-2024

Oleh Saeful Imam pada 10 Nov 2024, 15:00 WIB

KFC pecat karyawan karena alami kerugian besar

JAKARTA, COBISNIS.COM - PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), yang mengelola restoran waralaba KFC Indonesia, melaporkan kerugian bersih sebesar Rp557,08 miliar hingga kuartal ketiga tahun 2024. Informasi kerugian ini tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi per 30 September 2024 yang dirilis melalui laman Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kerugian sepanjang tahun ini menambah catatan kerugian yang dialami perusahaan sejak empat tahun terakhir.

Dengan kata lain, KFC Indonesia belum membukukan laba sejak 2020, bahkan sebelum munculnya kampanye boikot yang terkait dengan situasi geopolitik di Timur Tengah.


Sebagai perbandingan, kerugian yang dicatat pada tahun 2022 mencapai Rp77,45 miliar, dan meningkat pada tahun 2023 menjadi Rp418,21 miliar. Pada tahun 2020 dan 2021, KFC Indonesia juga mengalami kerugian besar masing-masing sebesar Rp300,61 miliar dan Rp377,18 miliar.

Kepemilikan Saham KFC Indonesia

Berdasarkan Annual Report FAST 2023, mayoritas saham FAST dimiliki oleh PT Gelael Pratama, yang merupakan perusahaan milik Keluarga Gelael, dengan porsi sebesar 39,84 persen. Selain itu, pemegang saham besar lainnya adalah PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), yang terafiliasi dengan Grup Salim melalui Anthoni Salim, dengan kepemilikan sebesar 35,84 persen.

Sisa saham sebesar 7,9 persen dimiliki oleh masyarakat. Baik Grup Salim maupun Keluarga Gelael menempatkan perwakilan mereka dalam struktur direksi dan komisaris FAST, dengan Ricardo Gelael sebagai Direktur Utama dan Fabian Gelael sebagai direktur lainnya, serta Anthoni Salim menjabat sebagai Komisaris Utama.

Sejarah KFC di Indonesia

Sejarah KFC di Indonesia dimulai pada 1978 ketika Dick Gelael memperoleh lisensi eksklusif merek KFC untuk diperkenalkan di Indonesia. Pada 1979, gerai KFC pertama dibuka di Jalan Melawai, Jakarta Selatan, dan produk ayam goreng KFC mendapat sambutan positif dari masyarakat.

Setelah itu, ekspansi terus berlanjut ke berbagai kota besar seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dan Manado. Grup Salim bergabung pada tahun 1990 dengan membeli sebagian saham FAST, dan pada tahun 1993, perusahaan tersebut resmi melantai di bursa.

FAST terus memperluas jaringan gerai KFC di seluruh Indonesia dan berkontribusi dalam membentuk gaya hidup masyarakat yang menyukai menu ayam goreng tepung. Hingga kini, KFC telah menjadi bagian dari kebiasaan kuliner Indonesia yang akrab di berbagai kalangan.