Jamkrindo

Dolar AS, Jangkar Stabilitas Global yang Sekaligus Jadi Sumber Guncangan

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 25 Sep 2025, 07:07 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Dolar Amerika Serikat masih memegang posisi sebagai mata uang cadangan utama dunia. Lebih dari 80% perdagangan global dilakukan dengan dolar, menjadikannya “bahasa uang” internasional yang dipakai lintas negara meskipun tidak ada hubungan langsung dengan Amerika Serikat.

Dominasi ini terlihat jelas pada sektor perdagangan internasional, terutama komoditas strategis seperti minyak, gas, dan bahan tambang. Hampir semua transaksi global tetap menjadikan dolar sebagai standar pembayaran, memperkuat perannya sebagai jangkar ekonomi dunia.

Tidak hanya dalam perdagangan, bank sentral di berbagai negara juga menyimpan cadangan devisa dalam bentuk dolar. Cadangan ini berfungsi sebagai penopang stabilitas moneter, menjaga nilai tukar, hingga membayar utang luar negeri. Dengan demikian, dolar berperan penting dalam memastikan ketahanan ekonomi domestik suatu negara.

Dolar juga memiliki hubungan erat dengan obligasi pemerintah AS atau US Treasury yang dianggap sebagai instrumen investasi paling aman. Setiap kali krisis global melanda, seperti pada 2008 atau pandemi 2020, investor cenderung lari ke dolar karena dianggap stabil. Fenomena ini membuat dolar semakin kuat di tengah ketidakpastian global.

Namun, fluktuasi nilai dolar dapat menciptakan efek domino bagi negara berkembang. Ketika dolar menguat, beban utang luar negeri mereka yang berbasis dolar otomatis meningkat. Kondisi ini sering kali memicu tekanan ekonomi, terutama bagi negara dengan cadangan devisa yang terbatas.

Selain itu, sistem keuangan global sebagian besar sudah terdigitalisasi dengan standar dolar. Dari perbankan internasional, transaksi SWIFT, hingga instrumen keuangan lain, dolar menjadi acuan utama. Standarisasi ini memang memberi kestabilan, tetapi juga memperdalam ketergantungan dunia pada mata uang tersebut.

Ketergantungan ini semakin nyata ketika kebijakan moneter AS berubah. Kenaikan suku bunga The Fed misalnya, sering kali langsung mengakibatkan arus modal keluar dari negara berkembang menuju Amerika. Dampaknya, stabilitas ekonomi global bisa terguncang hanya karena satu keputusan bank sentral AS.

Meski demikian, upaya untuk menantang dominasi dolar mulai bermunculan. China, Rusia, hingga kelompok BRICS mendorong penggunaan mata uang lokal atau alternatif lain, termasuk yuan dan rubel. Bahkan, konsep mata uang digital bank sentral ikut digadang-gadang sebagai penyeimbang dominasi dolar.

Kendati begitu, posisi dolar masih terlalu kuat untuk digeser dalam waktu dekat. Infrastruktur global yang sudah terbentuk puluhan tahun, ditambah dengan kepercayaan investor, membuat dolar tetap menjadi pilihan utama dunia.

Dengan semua kelebihan dan risikonya, dolar AS berperan ganda sebagai penjaga stabilitas sekaligus sumber guncangan ekonomi global. Ketika dunia masih mencari alternatif, dolar tetap berdiri sebagai poros utama sistem keuangan internasional.