Jamkrindo

Gunung Hayli Gubbi di Ethiopia Meletus Pertama Kali dalam Ribuan Tahun

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 24 Nov 2025, 17:56 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Gunung Hayli Gubbi di Ethiopia meletus untuk pertama kalinya dalam ribuan tahun pada Minggu (23/11/2025) pagi. Letusan tiba-tiba ini memicu kolom abu raksasa yang menjulang hingga 10–15 kilometer ke atmosfer. Fenomena langka ini langsung terdeteksi satelit karena lokasinya terpencil dan hampir tidak berpenghuni.

Gunung Hayli Gubbi berada di kawasan Danakil, salah satu wilayah paling panas dan kering di dunia. Daerah ini dikenal dengan aktivitas geologinya yang ekstrem, termasuk retakan besar yang membelah benua Afrika. Meski jarang terdengar, wilayah ini menyimpan banyak gunung berapi yang belum sepenuhnya dipetakan.

Letusan tersebut mengarah ke barat daya, menuju kawasan Laut Merah dan sebagian wilayah Arab Saudi. Meski belum ada laporan dampak kesehatan, pakar memperingatkan potensi gangguan pernapasan bagi penduduk di area yang terkena hembusan abu tipis. Otoritas setempat masih memantau perkembangan melalui pengamatan udara.

Sumber vulkanologi menyebutkan bahwa erupsi ini memuntahkan awan sulfur dioksida dalam jumlah besar. Gas ini dapat mempengaruhi cuaca lokal dan meningkatkan risiko hujan asam dalam jangka pendek. Namun, karena lokasi gunung berada jauh dari kota besar, dampaknya relatif terbatas terhadap aktivitas masyarakat.

Gunung ini terletak sekitar 15 kilometer dari Gunung Erta Ale, salah satu gunung berapi paling aktif di dunia. Aktivitas keduanya menunjukkan bahwa kawasan Danakil terus mengalami perubahan geologis yang signifikan. Para ahli menilai letusan Hayli Gubbi bisa menjadi tanda adanya pergerakan magma baru di bawah permukaan.

Hingga kini, belum ada catatan sejarah yang menjelaskan kapan terakhir kali gunung tersebut meletus. Para peneliti memperkirakan erupsi terakhir terjadi ribuan tahun lalu berdasarkan sisa aliran lava yang ditemukan di kawasan itu. Letusan saat ini menjadi momen penting untuk memahami pola aktivitas vulkanik di wilayah tersebut.

Tim geologi Ethiopia langsung bergerak menuju area terdekat yang masih bisa diakses. Namun, kondisi panas ekstrem dan permukaan tanah yang tidak stabil membuat pengamatan langsung cukup berbahaya. Pemerintah memutuskan untuk mengandalkan citra satelit sebagai sumber utama pemantauan.

Pakar lingkungan menilai letusan ini tidak akan menyebabkan gangguan perjalanan udara secara besar-besaran. Namun, jalur penerbangan tertentu di kawasan Laut Merah kemungkinan harus menyesuaikan rute. Maskapai diminta tetap waspada terhadap abu vulkanik yang dapat merusak mesin pesawat.

Selain efek jangka pendek, letusan ini membuka peluang riset besar bagi ilmuwan vulkanologi. Erupsi gunung yang lama tidak aktif sering memberi data penting tentang dinamika kerak bumi. Informasi ini bisa membantu memperkirakan risiko letusan lain di kawasan Afrika Timur yang dikenal aktif secara tektonik.

Meski demikian, pemerintah Ethiopia belum mengeluarkan status darurat karena tidak ada permukiman besar dalam radius bahaya. Warga di wilayah Danakil diminta tetap tenang namun waspada terhadap kemungkinan jatuhan abu ringan yang terbawa angin.