Jamkrindo

Jangan Cepat Percaya: Pentingnya Berpikir Kritis di Era Banjir Informasi

Oleh Desti Dwi Natasya pada 16 Nov 2025, 19:08 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Era informasi adalah masa di mana segala data, berita, dan konten tersebar super cepat tanpa batasan tempat maupun waktu. Kita bisa mengetahui peristiwa di belahan dunia lain hanya dalam hitungan detik. Tapi, kemudahan ini juga membawa risiko: informasi yang salah, manipulatif, atau tidak lengkap, tersebar sama cepatnya. Karena itu, kemampuan berpikir kritis jadi salah satu skill paling penting yang wajib dimiliki semua orang.

Berpikir kritis bukan sekadar pintar, tetapi tentang kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menarik kesimpulan yang logis berdasarkan fakta, bukan emosi. Orang yang berpikir kritis tidak langsung percaya begitu saja, tidak cepat menyebarkan informasi, dan selalu menanyakan “siapa sumbernya?”, “apa buktinya?”, dan “apa motivasinya?”. Sikap seperti ini mencegah kita dari menjadi korban disinformasi.

Tanpa berpikir kritis, seseorang bisa mudah terpengaruh opini publik, tren viral, atau berita sensasional yang sebenarnya tidak memiliki dasar kuat. Hal ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, konflik sosial, penipuan digital, sampai keputusan yang merugikan diri sendiri—misalnya salah pilih investasi, ikut arisan bodong, sampai termakan provokasi politik.

Berpikir kritis juga membantu kita memilah mana konten bermanfaat dan mana yang sekadar menghabiskan waktu. Dengan begitu, kita bisa menggunakan teknologi secara produktif, bukan hanya konsumtif. Di dunia kerja, skill ini membuat kita mampu memecahkan masalah dengan lebih jernih, mengambil keputusan strategis, dan tidak mudah panik saat menghadapi tekanan.

Skill ini pun berperan besar dalam membentuk karakter yang open-minded. Dalam berpikir kritis, kita belajar melihat masalah dari berbagai sudut pandang, bukan cuma memakai perspektif pribadi. Ini bikin kita lebih bijak, toleran, dan tidak gampang terjebak dalam echo chamber media sosial.

Untuk melatihnya, kita bisa mulai dengan kebiasaan sederhana: membaca lebih banyak, berdiskusi sehat, mencatat alasan sebelum mengambil keputusan, dan tidak terburu-buru saat menerima informasi yang memancing emosi. Semakin sering dilatih, kemampuan ini akan berkembang secara alami.

Pada akhirnya, berpikir kritis adalah “senjata digital” yang melindungi kita di era ketika semua orang bisa berbicara, tapi tidak semuanya benar. Semakin kritis kita menilai informasi, semakin aman, cerdas, dan bijak pula kita dalam menjalani hidup bermedia.