Jamkrindo

Melawan Hoaks Secara Cerdas: Peran Literasi Media dalam Mencegah Disinformasi

Oleh Desti Dwi Natasya pada 16 Nov 2025, 19:08 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Di era digital, informasi datang dari berbagai arah dan tersebar begitu cepat melalui media sosial, website, hingga aplikasi pesan instan. Namun, derasnya arus informasi tidak selalu diiringi dengan kebenaran. Disinformasi menjadi salah satu ancaman paling serius karena dapat menyesatkan, memicu konflik sosial, bahkan memengaruhi keputusan publik. Di sinilah literasi media berperan penting sebagai pelindung dari penyebaran informasi yang salah.

Literasi media adalah kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan mengolah informasi dari berbagai sumber secara kritis. Ini bukan sekadar membaca atau menonton konten, tetapi juga memahami konteks, tujuan penerbit, hingga teknik komunikasi yang digunakan. Ketika seseorang memiliki literasi media yang baik, mereka tidak akan mudah menerima informasi mentah tanpa verifikasi.

Salah satu cara literasi media membantu mencegah disinformasi adalah dengan mendorong kebiasaan cross-check atau fact-checking. Pengguna yang kritis akan memeriksa ulang informasi, mencari sumber terpercaya, serta membandingkan berita dari beberapa media sebelum membagikannya. Kebiasaan sederhana ini dapat memutus rantai penyebaran hoaks.

Selain itu, literasi media juga membuat seseorang peka terhadap tanda-tanda konten manipulatif. Misalnya, judul provokatif, data tanpa sumber, kalimat emosional, hingga gambar atau video yang telah diedit. Pemahaman mengenai teknik framing dan propaganda membuat masyarakat tidak mudah terpancing oleh pesan yang sengaja dibuat untuk memanipulasi emosi.

Literasi media pun mengajarkan bahwa tidak semua platform dan influencer dapat menjadi rujukan informasi. Pengguna yang memiliki pemahaman ini akan lebih selektif dalam memilih sumber, termasuk hanya mempercayai media kredibel, institusi resmi, atau pihak yang kompeten dalam bidangnya. Hal ini penting terutama saat terjadi isu besar seperti bencana, pemilu, atau pandemi.

Di lingkungan pendidikan, literasi media juga dapat menguatkan karakter dan pola pikir rasional generasi muda. Dengan membiasakan berpikir analitis, siswa lebih siap menghadapi tantangan digital dan tidak mudah terbawa arus opini tanpa dasar. Ini menjadi modal penting untuk membangun masyarakat yang kritis dan tidak mudah terprovokasi.

Pada akhirnya, literasi media bukan hanya skill, tetapi juga bentuk tanggung jawab sosial. Setiap individu memiliki peran dalam menjaga ekosistem informasi agar tetap sehat dan bermanfaat. Dengan literasi media yang kuat, disinformasi dapat diminimalisir dan masyarakat menjadi lebih cerdas, bijak, serta tahan terhadap manipulasi digital.