JAKARTA, Cobisnis.com – Jepang semakin serius menangani penyebaran ikan nila yang kini dianggap sebagai hama perairan. Status itu muncul karena nila berkembang terlalu cepat dan mengganggu keseimbangan ekosistem, terutama di danau dan sungai yang jadi habitat ikan asli Jepang.
Pakar lingkungan menyebut ikan nila bukan spesies lokal, sehingga keberadaannya otomatis menekan populasi ikan asli seperti ayu dan funa. Nila memiliki kemampuan bertahan hidup yang lebih tinggi dibanding ikan lokal, membuat kompetisi makanan tidak lagi seimbang.
Selain itu, nila dikenal sebagai ikan yang makan hampir apa saja, mulai dari tanaman air sampai telur ikan lain. Pola makan yang agresif ini mempercepat penurunan populasi ikan lokal yang sudah sensitif terhadap perubahan lingkungan.
Di beberapa wilayah Jepang, nila berkembang sepanjang tahun tanpa musim tertentu. Laju reproduksi yang cepat membuat jumlahnya melonjak dalam waktu singkat, sehingga sulit dikendalikan oleh otoritas setempat.
Dampak lain yang menonjol adalah kerusakan habitat. Saat mencari makan, nila mengaduk dasar sungai dan danau sehingga air menjadi keruh. Air yang keruh membuat cahaya matahari sulit menembus, dan tanaman air pun kesulitan tumbuh.
Masalah ekologis ini berdampak langsung pada sektor ekonomi, terutama perikanan kecil. Nelayan melaporkan hasil tangkapan ikan lokal menurun karena nila mendominasi perairan dan memicu perubahan rantai makanan.
Beberapa daerah bahkan menghabiskan anggaran tambahan untuk memantau dan mengendalikan penyebaran nila. Biaya ini menjadi beban baru bagi pemerintah daerah yang sudah menghadapi persoalan lingkungan lain seperti pemanasan air dan polusi.
Tekanan terhadap spesies lokal membuat beberapa komunitas memulai kampanye edukasi agar masyarakat tidak melepaskan ikan nila ke perairan umum. Pemerintah juga memperketat aturan pelepasan spesies non-lokal untuk mencegah masalah serupa di masa depan.
Sejumlah peneliti menilai bahwa invasi nila bisa menjadi peringatan lebih besar soal sensitifnya ekosistem Jepang. Negara itu bergantung pada keanekaragaman hayati air tawar untuk wisata, kuliner, dan kebudayaan.
Dengan kondisi yang terus berubah, Jepang menghadapi tantangan serius dalam menjaga ekosistem perairan tetap stabil. Invasi nila memperlihatkan betapa rapuhnya keseimbangan tersebut ketika spesies asing berkembang tanpa kendali.