Jamkrindo

Kenapa Uang Bisa Bernilai Padahal Hanya Kertas? Ini Penjelasannya

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 07 Oct 2025, 19:39 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Uang yang digunakan manusia sehari-hari, baik berbentuk kertas, logam, maupun digital, sejatinya tidak memiliki nilai intrinsik. Nilainya muncul karena adanya kepercayaan bersama bahwa uang dapat ditukar dengan barang atau jasa di dalam sistem ekonomi yang disepakati.

Dalam teori ekonomi modern, uang tidak lagi dianggap berharga karena bahan pembuatnya, melainkan karena konsensus sosial dan kepercayaan publik terhadap lembaga penerbitnya, yaitu pemerintah dan bank sentral. Selama masyarakat percaya, selembar kertas atau angka digital mampu menggerakkan transaksi ekonomi bernilai triliunan rupiah setiap harinya.

Sebelum konsep uang muncul, manusia mengandalkan sistem barter, menukar barang dengan barang lain. Namun sistem ini terbatas karena sulit menentukan nilai yang sepadan. Dari situlah lahir ide menjadikan benda tertentu sebagai alat tukar yang diakui bersama, dimulai dari logam mulia seperti emas dan perak.

Seiring waktu, sistem moneter beralih dari emas ke uang kertas, lalu kini menuju uang digital. Meski bentuknya semakin abstrak, fungsi dasarnya tetap sama sebagai alat tukar, satuan hitung, dan penyimpan nilai. Kunci utamanya tetap satu: kepercayaan.

Nilai uang kertas tetap stabil selama pemerintah dipercaya mampu menjaga kebijakan fiskal dan moneter. Jika kepercayaan ini hilang, inflasi bisa melonjak, seperti yang pernah terjadi di Zimbabwe atau Venezuela ketika pencetakan uang tidak diimbangi dengan produktivitas ekonomi nyata.

Kepercayaan ini pula yang menopang keberlangsungan sistem uang digital dan crypto, meski tanpa bentuk fisik. Selama orang yakin bahwa angka di layar dapat digunakan untuk membeli barang, nilai tersebut tetap diakui dan berputar dalam ekonomi.

Dalam konteks global, mata uang seperti dolar Amerika menjadi kuat bukan karena bahannya, tetapi karena kepercayaan dunia terhadap ekonomi AS yang stabil dan sistem keuangannya yang transparan. Inilah contoh paling nyata bahwa nilai uang dibangun oleh reputasi dan stabilitas sistem.

Uang pada akhirnya bukan sekadar instrumen ekonomi, melainkan simbol kepercayaan sosial yang menghubungkan individu, pasar, dan negara. Tanpa kepercayaan, ekonomi berhenti berputar karena tidak ada lagi kesepakatan bersama soal nilai.

Perubahan wujud uang dari logam ke kertas hingga digital menunjukkan evolusi peradaban manusia dalam menciptakan sistem nilai bersama. Namun, seberapa canggih pun bentuk uangnya, fondasi utamanya akan selalu sama: percaya bahwa uang itu diterima orang lain.

Dalam konteks pasar modern, kepercayaan terhadap uang juga menjadi pondasi bagi seluruh aktivitas bisnis, investasi, dan perdagangan internasional. Dengan kata lain, ekonomi global berdiri di atas konsep sederhana: percaya pada nilai yang disepakati.