JAKARTA, Cobisnis.com – Di tengah kebutuhan tenaga kerja yang makin beragam, profesi sopir pribadi di Jepang justru jadi salah satu pekerjaan dengan bayaran tinggi. Meski terlihat biasa, gajinya bisa menyaingi karyawan kantoran di sektor profesional.
Rata-rata sopir pribadi di Jepang digaji antara ¥250.000 hingga ¥400.000 per bulan, atau sekitar Rp27 juta–Rp43 juta. Di kota besar seperti Tokyo dan Osaka, nominalnya bisa tembus ¥500.000 atau sekitar Rp55 juta.
Jumlah itu termasuk tinggi untuk pekerjaan non-akademik. Sebagai perbandingan, gaji rata-rata pekerja paruh waktu di Jepang masih di kisaran ¥180.000 per bulan, alias tak sampai Rp20 juta.
Kenaikan gaji ini didorong oleh kelangkaan tenaga sopir dan tuntutan gaya hidup masyarakat Jepang yang serba cepat. Banyak keluarga mapan, ekspatriat, dan pejabat memilih punya sopir pribadi agar mobilitas mereka lebih efisien.
Selain gaji pokok, sopir pribadi juga mendapat berbagai tunjangan. Mulai dari uang makan ¥10.000–¥20.000, asuransi kesehatan dan pensiun, hingga bonus tahunan yang bisa setara satu sampai dua kali gaji bulanan.
Beberapa majikan bahkan menanggung biaya hidup sopirnya, termasuk bensin, parkir, dan tempat tinggal bila bekerja untuk keluarga kaya atau pejabat tinggi. Tak heran profesi ini makin diminati oleh pekerja asing berpengalaman.
Secara hukum, Jepang juga menjamin hak tenaga kerja dengan ketat. Supir yang bekerja melebihi jam normal akan menerima lembur 125–150% dari upah per jam, sesuai regulasi ketenagakerjaan setempat.
Untuk bisa bekerja sebagai sopir di Jepang, pelamar wajib memiliki SIM Jepang dan kemampuan bahasa Jepang minimal level N4–N3. Selain itu, sikap sopan, disiplin, dan paham etika kerja Jepang jadi poin penting dalam seleksi.
Dengan gaji setara Rp25–55 juta per bulan, profesi ini mulai menarik minat pekerja dari luar negeri, termasuk Indonesia. Walau saat ini belum banyak dibuka lewat jalur resmi, peluang ke depan bisa terbuka lewat program tenaga kerja terampil (SSW).
Kondisi ini memperlihatkan bahwa sektor jasa pribadi di Jepang mulai naik kelas. Pekerjaan yang dulu dianggap sederhana kini jadi bagian penting dari roda ekonomi dan keseharian masyarakat modern Jepang.