Jamkrindo

Ketika Mesin Pertumbuhan Melemah: Masa Depan Ekonomi Dunia di Era Produktivitas Melambat

Oleh Desti Dwi Natasya pada 01 Dec 2025, 05:37 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Pertumbuhan ekonomi dunia selama puluhan tahun sangat bergantung pada peningkatan produktivitas. Ketika produktivitas naik, output bisa bertambah tanpa harus menambah tenaga kerja atau modal secara berlebihan. Namun dalam beberapa dekade terakhir, tren ini mulai melambat. Negara maju dan berkembang sama-sama merasakan penurunan efisiensi, inovasi yang stagnan, serta tekanan struktural yang semakin berat.

Perlambatan produktivitas muncul dari banyak faktor. Populasi usia kerja menurun di banyak negara, adopsi teknologi tidak secepat yang dibayangkan, dan biaya hidup yang meningkat membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam konsumsi. Di negara berkembang, masalahnya sedikit berbeda: kualitas pendidikan, kesenjangan infrastruktur, dan birokrasi menghambat akselerasi industri.

Dengan mesin produktivitas yang melemah, pertumbuhan ekonomi global semakin mengandalkan sektor-sektor baru yang bisa menciptakan nilai besar tanpa beban aset berat. Ekonomi digital, otomasi, dan kecerdasan buatan mulai mengambil alih peran tradisional industri manufaktur. Namun teknologi saja tidak cukup. Tanpa kemampuan adaptasi tenaga kerja, pertumbuhan tetap tersendat.

Di tengah perlambatan ini, negara-negara akan menghadapi dilema baru. Pemerintah perlu mendorong inovasi, tapi di saat yang sama harus menjaga stabilitas sosial akibat transformasi pekerjaan yang cepat. Investasi di pendidikan, riset, dan pelatihan ulang tenaga kerja menjadi kunci agar produktivitas bisa kembali bergerak naik dalam jangka panjang.

Selain itu, perubahan struktur global membuat pertumbuhan ekonomi semakin bergantung pada kolaborasi lintas negara. Persaingan geopolitik dan fragmentasi rantai pasok bisa memperburuk perlambatan, sementara kerja sama regional dapat menciptakan dorongan produktivitas baru melalui integrasi ekonomi dan transfer teknologi.

Di sisi lain, tren green economy membuka peluang pertumbuhan baru. Negara yang serius membangun energi terbarukan, efisiensi energi, dan industri hijau berpotensi menjadi pusat produktivitas baru yang lebih berkelanjutan. Perlambatan produktivitas bukan akhir, melainkan tanda bahwa mesin lama sudah tidak bekerja, dan dunia membutuhkan mesin baru.

Pada akhirnya, masa depan pertumbuhan ekonomi global akan ditentukan oleh kemampuan negara, bisnis, dan tenaga kerja beradaptasi dengan struktur ekonomi baru. Di era perlambatan produktivitas, pertumbuhan tidak akan hilang, hanya berubah bentuk—lebih berbasis teknologi, lebih hijau, dan lebih bergantung pada kualitas manusia, bukan sekadar kuantitas.