JAKARTA, Cobisnis.com – Konsep lean startup sering dianggap hanya cocok untuk perusahaan teknologi. Padahal, prinsip dasarnya—mengurangi pemborosan, menguji ide lebih cepat, dan mendengar pelanggan sebelum investasi besar—sangat relevan untuk hampir semua jenis bisnis, termasuk bisnis non-digital seperti kuliner, fashion, jasa, atau retail kecil.
Lean startup pada dasarnya fokus pada satu hal penting: jangan bangun sesuatu yang tidak diinginkan pelanggan. Di bisnis non-digital, kesalahan yang paling sering terjadi adalah langsung produksi besar, sewa tempat mahal, atau bikin stok menumpuk tanpa tahu apakah pasar benar-benar mau. Dengan pendekatan lean, proses ini dibalik: uji dulu, investasi belakangan.
Langkah pertama adalah membuat MVP (Minimum Viable Product) versi fisik atau sederhana. Misalnya, bisnis makanan bisa mulai dari menu terbatas atau pre-order kecil. Bisnis fashion bisa membuat sampel 1–2 desain dan mengukur respon pelanggan sebelum produksi massal. Dengan cara ini, risiko kerugian turun drastis.
Selanjutnya, lakukan build–measure–learn cycle. Artinya, setiap ide harus diuji cepat, diamati hasilnya, lalu diperbaiki. Pemilik bisnis non-digital bisa memanfaatkan survei sederhana, feedback langsung dari pembeli, atau penjualan percobaan di bazar untuk mengetahui apakah produk mereka benar-benar diminati.
Lean startup juga mengajarkan pentingnya iterasi. Di dunia bisnis offline, ini berarti berani mengubah resep makanan, mengganti bahan, memperbaiki layanan, atau memperbarui kemasan berdasarkan feedback nyata. Keputusan berbasis data—bukan asumsi—membuat bisnis berkembang lebih cepat dan relevan.
Selain produk, lean startup bisa diterapkan pada strategi operasional. Misalnya, alih-alih langsung menyewa toko besar, bisnis bisa mulai dari booth kecil atau sistem titip jual. Penghematan ini memberi ruang bagi bisnis untuk bereksperimen tanpa tekanan biaya tinggi.
Penerapan lean juga membantu menghadapi ketidakpastian pasar. Ketika permintaan berubah, bisnis yang gesit dan minim beban operasional bisa beradaptasi lebih cepat dibanding pemain besar yang sudah terlanjur menginvestasikan banyak modal pada hal yang tidak dibutuhkan.
Pada akhirnya, lean startup bukan soal digital atau non-digital, tapi soal membangun bisnis dengan bijak: belajar lebih cepat, gagal lebih murah, dan tumbuh lebih tepat sasaran. Dengan pendekatan ini, bisnis non-digital punya peluang besar untuk bertahan, berkembang, dan menjadi lebih kompetitif di era yang serba cepat.