JAKARTA, Cobisnis.com – Produktivitas dalam mengatur keuangan semakin penting di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan. Anak muda dituntut bukan hanya bisa bekerja keras, tetapi juga cerdas dalam mengelola arus kas agar stabilitas finansial terjaga dan aset terus bertumbuh.
Langkah pertama yang wajib dilakukan adalah mencatat seluruh pemasukan dan pengeluaran. Dengan menggunakan aplikasi keuangan seperti Money Lover atau Spendee, atau sekadar catatan manual, seseorang dapat mengetahui secara detail ke mana aliran uang pergi setiap bulan. Data ini menjadi dasar dalam mengambil keputusan finansial yang lebih tepat.
Aturan alokasi anggaran menjadi strategi berikutnya. Rumus populer 50-30-20 banyak dipakai, yakni 50 persen untuk kebutuhan pokok, 30 persen untuk gaya hidup, dan 20 persen sisanya untuk tabungan atau investasi. Skema ini fleksibel dan dapat disesuaikan sesuai kondisi penghasilan maupun tujuan finansial jangka panjang.
Dana darurat wajib diprioritaskan sejak awal. Idealnya, setiap orang memiliki cadangan sebesar 3 hingga 6 bulan biaya hidup yang disimpan di rekening terpisah atau instrumen likuid seperti deposito atau reksadana pasar uang. Cadangan ini berfungsi sebagai perlindungan dari risiko kehilangan pekerjaan atau kebutuhan mendesak.
Pembedaan antara kebutuhan dan keinginan juga menjadi kunci produktivitas finansial. Setiap kali hendak membeli sesuatu, penting untuk bertanya apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya sekadar keinginan sesaat. Strategi delay 24 jam sebelum melakukan pembelian bisa mengurangi potensi belanja impulsif yang merugikan.
Langkah berikutnya adalah membayar diri sendiri terlebih dahulu. Begitu menerima gaji, anak muda disarankan langsung menyisihkan sebagian untuk tabungan atau investasi. Pendekatan ini mengubah pola pikir, di mana menabung bukan lagi sisa, tetapi prioritas utama layaknya membayar tagihan wajib bulanan.
Mengembangkan aset melalui investasi juga menjadi bagian penting. Pilihan seperti reksadana, saham, obligasi, maupun emas memungkinkan uang bekerja secara produktif. Mulai dari nominal kecil secara konsisten akan memicu efek compound growth yang bisa meningkatkan kekayaan dalam jangka panjang.
Disiplin dalam menghindari utang konsumtif harus dijaga. Kartu kredit sebaiknya digunakan hanya jika mampu dibayar penuh setiap bulan. Sebaliknya, utang yang tergolong baik adalah yang digunakan untuk aset produktif, seperti modal bisnis atau kepemilikan properti kecil yang berpotensi menghasilkan pemasukan.
Evaluasi rutin tidak kalah penting. Dengan melakukan pemeriksaan bulanan, seseorang dapat menilai apakah pengeluaran sudah sesuai alokasi. Jika ada pemborosan di satu pos, segera lakukan koreksi di bulan berikutnya. Evaluasi ini membuat pengelolaan keuangan lebih adaptif terhadap perubahan kebutuhan.
Peningkatan pendapatan juga harus menjadi fokus. Mengandalkan satu sumber penghasilan tidak cukup dalam kondisi ekonomi yang dinamis. Side hustle atau pekerjaan sampingan seperti freelance, jualan online, atau pembuatan konten dapat memperkuat arus kas dan mempercepat pencapaian tujuan finansial.
Langkah terakhir adalah melakukan automasi keuangan. Dengan sistem auto-debet untuk tabungan maupun investasi, disiplin finansial dapat terjaga. Membuka akun bank terpisah untuk pos keuangan tertentu juga membantu meminimalisasi godaan menggunakan dana yang sudah dialokasikan.
Strategi tersebut menunjukkan bahwa produktivitas finansial bukan hanya tentang menghemat, melainkan juga mengelola uang dengan efektif agar tumbuh. Dengan konsistensi dan disiplin, anak muda dapat membangun fondasi keuangan yang sehat sekaligus berkontribusi pada stabilitas ekonomi keluarga dan pasar secara keseluruhan.