Jamkrindo

Penyintas Rohingya Kenang Tenggelamnya Kapal Maut, Lebih Banyak Jenazah Ditemukan

Oleh Zahra Zahwa pada 12 Nov 2025, 19:44 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Jumlah korban tewas akibat tenggelamnya kapal yang membawa anggota minoritas Muslim Rohingya dari Myanmar meningkat menjadi 27 orang pada Selasa (12/11). Seorang penyintas mengenang perjalanan mengerikan yang membuatnya terapung selama berhari-hari di Laut Andaman.

“Saya melihat satu orang meninggal. Mereka tenggelam,” kata Iman Sharif kepada wartawan tak lama setelah diselamatkan dan ditahan oleh otoritas Malaysia. Iman menceritakan bahwa ia berada di kapal besar selama delapan hari sebelum dipindahkan ke kapal yang lebih kecil berisi sekitar 70 orang. Tak lama setelah itu, kapal kecil tersebut tenggelam dan ia bertahan dengan berpegangan pada puing kapal selama beberapa hari sebelum terdampar di sebuah pulau di Malaysia.

Otoritas Malaysia dan Thailand telah memperluas pencarian terhadap puluhan orang yang masih hilang di perairan dekat perbatasan kedua negara. Pada Selasa, sembilan jenazah kembali ditemukan, termasuk satu di Thailand, menurut laporan pejabat setempat.

Selama bertahun-tahun, banyak warga Rohingya menempuh perjalanan berbahaya menggunakan perahu kayu rapuh untuk melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar atau dari kamp pengungsi yang padat di Bangladesh menuju Malaysia, Indonesia, dan Thailand.

Sejak Sabtu, 13 penyintas ditemukan di perairan Malaysia, sementara 12 jenazah ditemukan pada Senin, kata Romli Mustafa, direktur regional Badan Maritim Malaysia. Ia menambahkan bahwa otoritas Thailand sebelumnya menemukan sembilan jenazah, meski pejabat di Provinsi Satun kemudian memperbarui jumlah menjadi enam.

Myanmar yang mayoritas beragama Buddha membantah tuduhan pelanggaran terhadap etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine, namun tetap menolak memberikan kewarganegaraan kepada mereka dan menyebut kelompok tersebut sebagai imigran ilegal dari Asia Selatan.

Otoritas Malaysia menyebut sekitar 300 orang menaiki kapal menuju Malaysia dua minggu lalu dan dipindahkan ke dua kapal pada Kamis. Salah satu kapal kecil tenggelam, sementara nasib sekitar 230 orang di kapal lainnya masih belum diketahui. Operasi pencarian di Malaysia akan berlanjut hingga Sabtu, sementara tim penyelamat Thailand memperluas pencarian di sekitar Pulau Koh Tarutao, tempat sebagian besar jenazah ditemukan.

Menurut Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), lebih dari 5.300 orang Rohingya telah berlayar meninggalkan Myanmar dan Bangladesh antara Januari hingga awal November tahun ini, dengan lebih dari 600 orang dilaporkan tewas atau hilang. Kedua lembaga tersebut menyerukan kerja sama internasional yang lebih besar untuk membantu para penyintas dan mencari solusi politik yang dapat mengakhiri krisis serta konflik di Myanmar.

“Selama penyebab utama pengungsian paksa di Myanmar belum terselesaikan, para pengungsi akan terus menempuh perjalanan berbahaya demi mencari keselamatan,” kata pernyataan bersama UNHCR dan IOM.

Seringnya kedatangan kapal Rohingya yang dioperasikan oleh penyelundup manusia telah menimbulkan kekhawatiran di kawasan Asia Tenggara, terutama bagi Malaysia dan Indonesia yang menentang perlakuan Myanmar terhadap etnis minoritas tersebut. Malaysia, yang tidak mengakui status pengungsi, dalam beberapa tahun terakhir mulai menolak kapal-kapal Rohingya dan menahan mereka sebagai bagian dari penertiban imigran ilegal.

Joe Freeman, peneliti Myanmar dari Amnesty International, menyerukan agar pemerintah di kawasan mengambil tindakan nyata untuk menangani krisis kapal Rohingya.

“Kami berharap pemerintah di kawasan Malaysia, Thailand, dan lainnya mengizinkan Rohingya untuk mendarat, mengoordinasikan operasi pencarian dan penyelamatan, serta tidak mengusir mereka kembali ke laut di mana mereka akan menghadapi bahaya yang lebih besar,” ujarnya.