Jamkrindo

Pop Mart Andalkan Labubu, Tiru Strategi Disney untuk Bangun IP Jangka Panjang

Oleh Zahra Zahwa pada 01 Oct 2025, 05:10 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Produsen mainan seni asal Tiongkok, Pop Mart (9992.HK), tengah meniru strategi Disney (DIS.N) untuk menjadikan karakter Labubu sebagai aset intelektual (IP) jangka panjang.

Eksekutif Pop Mart, Si De, mengatakan perusahaan ingin mengembangkan Labubu ke ranah konten, hiburan, taman bermain, hingga merchandise, bukan sekadar mencari hit baru. “Nilai Disney adalah kemampuannya mengelola IP hingga 100 tahun. Kami belajar dari sana,” ujarnya.

Lonjakan Popularitas Labubu

Saham Pop Mart naik hampir 200% tahun ini, menjadikan valuasinya melampaui Hasbro, Mattel, dan Sanrio. Labubu, bagian dari seri The Monsters, menyumbang hampir 35% pendapatan semester I 2025.
Kesuksesan Labubu juga mendongkrak karakter lain seperti Molly, Skullpanda, dan Crybaby (masing-masing >1 miliar yuan).

Industri Mainan Seni Tiongkok
Pasar mainan seni Tiongkok 2025 diperkirakan 120 miliar yuan ($16,85 miliar), atau lebih dari 35% pangsa global.

Pertumbuhan industri tetap dua digit.
Kompetisi makin ketat dengan pemain baru seperti 52 Toys dan Miniso (9896.HK) yang kini mengembangkan IP sendiri.

Fondasi Pop Mart

  • Strategi kunci: model blind box ($10–20) + target wanita muda berdaya beli tinggi.
  • Kolaborasi awal dengan Kenny Wong (Molly) jadi titik balik kesuksesan.
  • Labubu resmi debut pada 2019 dan langsung jadi fenomena global.
  • Didirikan Wang Ning (2010) sebagai toko gaya hidup, lalu fokus ke mainan seni.

Tantangan ke Depan

Meski sukses, analis menilai ketergantungan Pop Mart pada Labubu berisiko. Menurut Morningstar, meniru playbook Disney mudah, tapi mengeksekusi kesuksesan jangka panjang jauh lebih sulit.