JAKARTA, Cobisnis.com – Cashless society makin berkembang di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Teknologi pembayaran digital seperti e-wallet, dompet digital, dan QRIS makin sering digunakan oleh masyarakat. Banyak orang mulai nyaman bertransaksi tanpa uang tunai.
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang digagas Bank Indonesia sejak 2014 menjadi salah satu pendorong utama tren cashless. Regulasi dan standar seperti GPN dan QRIS membantu menyatukan sistem transaksi digital. Inovasi ini memudahkan transaksi antar platform dan merchant.
Nilai transaksi non-tunai terus meningkat pesat. Contohnya, jumlah merchant QRIS melonjak dan penggunaan uang elektronik mengalami pertumbuhan tahunan. Faktor pandemi COVID-19 juga mempercepat adopsi transaksi digital karena masyarakat lebih memilih metode yang mengurangi kontak fisik.
Generasi milenial dan Gen Z menjadi penggerak utama perubahan ini. Mereka lebih fleksibel dalam mencoba metode pembayaran baru, lebih terbuka pada teknologi, dan mengutamakan kecepatan dan kenyamanan. Merchant di area perkotaan sudah makin banyak yang menerima pembayaran digital sebagai standar.
Selain kemudahan, ada manfaat nyata cashless society bagi bisnis dan konsumen. Transaksi digital mempercepat proses, mengurangi kebutuhan akan uang fisik, dan meningkatkan transparansi. Bagi pelaku UMKM, QRIS memungkinkan mereka menerima pembayaran non-tunai dengan mudah tanpa harus punya banyak alat pembayaran berbeda.
Tapi bukan tanpa tantangan. Salah satu masalah utama adalah infrastruktur yang belum merata, terutama di daerah terpencil. Koneksi internet dan akses ponsel pintar belum optimal di semua wilayah. Literasi digital dan kepercayaan terhadap keamanan transaksi digital juga masih perlu ditingkatkan.
Upaya pemerintah dan lembaga keuangan sudah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Program edukasi, kampanye non-tunai, dan penyediaan fasilitas pembayaran digital sedang digencarkan. Regulasi seperti QRIS juga diperluas ke merchant di desa-desa untuk inklusi keuangan yang lebih luas.
Studi menyebut bahwa masyarakat optimis Indonesia bisa menjadi cashless society penuh pada sekitar tahun 2030. Banyak responden percaya bahwa dalam beberapa tahun ke depan, transaksi tunai akan semakin sedikit dipakai. Namun, kesiapan masyarakat, keamanan data, dan kejelasan regulasi akan sangat menentukan apakah target ini bisa tercapai.
Secara keseluruhan, tren cashless society di Indonesia menawarkan banyak peluang dan keuntungan. Dari kemudahan transaksi, peningkatan efisiensi, hingga memperluas akses ke layanan keuangan, semua sangat positif. Dengan pendekatan yang tepat mengatasi tantangan, Indonesia bisa menjadi contoh transformasi keuangan digital di Asia Tenggara.