JAKARTA, Cobisnis.com – Finlandia dan Denmark berhasil membuktikan bahwa kemajuan ekonomi bukan cuma soal angka pertumbuhan, tapi juga bagaimana kesejahteraan bisa dirasakan merata oleh semua warga. Kuncinya ada pada sistem koperasi yang kuat, transparan, dan berpihak pada rakyat.
Di Finlandia, koperasi bukan sekadar lembaga simpan pinjam. Mereka berperan besar di berbagai sektor penting seperti pangan, perbankan, energi, hingga transportasi. Salah satu contohnya adalah S Group, jaringan ritel terbesar yang dimiliki lebih dari dua juta warga. Keuntungan usaha ini tidak dikuasai investor besar, tapi dikembalikan ke anggota dalam bentuk diskon dan dividen.
Selain itu, OP Financial Group, salah satu bank terbesar di Finlandia, juga berbentuk koperasi. Tujuannya bukan mengejar laba setinggi mungkin, melainkan memberikan layanan keuangan yang stabil dan adil bagi masyarakat. Sistem ini membuat ekonomi Finlandia lebih merata, dengan kesenjangan sosial yang jauh lebih kecil.
Koperasi di Finlandia dijalankan secara demokratis. Setiap anggota punya satu suara, tanpa memandang jumlah saham. Prinsip ini menjaga transparansi dan mencegah dominasi oleh segelintir orang. Pemerintah juga mendukung penuh lewat insentif pajak dan pendidikan ekonomi berbasis koperasi sejak sekolah.
Nilai-nilai seperti kepercayaan, tanggung jawab sosial, dan kebersamaan tertanam kuat dalam budaya masyarakat Finlandia. Kombinasi ini membuat koperasi bukan sekadar alat ekonomi, tapi juga simbol solidaritas dan keadilan sosial.
Sementara di Denmark, sistem koperasi sudah berkembang sejak abad ke-19 ketika para petani bersatu agar bisa lepas dari kendali tengkulak. Dari sinilah lahir Arla Foods, salah satu produsen susu terbesar di dunia yang dimiliki lebih dari 8.000 petani anggota koperasi. Para petani memiliki kendali atas harga dan keuntungan, sehingga pendapatan mereka tetap stabil.
Model koperasi di Denmark juga diterapkan di sektor energi dan perumahan. Banyak turbin angin dimiliki warga melalui koperasi energi lokal, membuat keuntungan dari energi bersih kembali ke masyarakat. Di sektor perumahan, sistem housing cooperative menjaga harga sewa tetap terjangkau dan komunitas tetap solid.
Budaya egaliter yang kuat membuat warga Denmark lebih menekankan kerja sama dibanding persaingan berlebihan. Prinsip ini memperkuat daya tahan ekonomi negara, bahkan saat krisis global melanda. Koperasi tumbuh bukan karena kebijakan semata, tapi karena rasa saling percaya yang tinggi antarwarga.
Finlandia dan Denmark sama-sama menunjukkan bahwa sistem ekonomi berbasis koperasi bisa menjadi pondasi negara modern yang adil, tangguh, dan menyejahterakan. Di tengah dunia yang makin kompetitif, dua negara ini membuktikan bahwa kolaborasi bisa sama kuatnya dengan modal besar.
Koperasi bukan sekadar warisan masa lalu, tapi model ekonomi masa depan yang manusiawi, stabil, dan berkelanjutan.