Jamkrindo

Saham Asia Terseret Pelemahan Wall Street

Oleh Zahra Zahwa pada 24 Sep 2025, 12:34 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Saham Asia memulai perdagangan Rabu dengan pelemahan, mengikuti penurunan Wall Street semalam setelah pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang tidak memberi kejelasan soal arah suku bunga ke depan.

Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,2% pada awal perdagangan, setelah saham AS ditutup melemah. Indeks S&P 500 turun 0,6%, penurunan harian terbesar dalam tiga minggu terakhir.

Saham Australia memimpin pelemahan dengan turun 0,7% menjelang rilis data inflasi, sementara indeks Nikkei Jepang melemah 0,4%. Futures saham AS bergerak datar.

Dolar AS stabil namun masih tertekan setelah dua hari berturut-turut melemah. Indeks dolar AS naik tipis 0,1% ke 97,301. Terhadap yen, dolar turun 0,1% ke 147,575, seiring pasar mencerna sinyal dari pejabat The Fed.

Powell menekankan bahwa "risiko jangka pendek inflasi cenderung meningkat dan risiko terhadap lapangan kerja cenderung menurun," mencerminkan tantangan The Fed menyeimbangkan mandat ganda mereka.

Saham Asia kini sedang mengambil jeda setelah mencapai level tertinggi empat tahun, namun tetap berada di jalur mencatat kinerja bulanan terbaik dalam setahun. Sentimen didukung pelemahan dolar AS, lonjakan saham teknologi regional, serta dimulainya kembali siklus pelonggaran kebijakan The Fed.

Pasar kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga lebih besar, dengan kontrak berjangka Fed Funds menunjukkan 93% kemungkinan pemotongan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan Oktober, naik dari 89,8% sehari sebelumnya.

Obligasi pemerintah AS juga menarik minat beli. Imbal hasil obligasi 10 tahun turun menjadi 4,1061% dari 4,118% sehari sebelumnya. Sementara yield obligasi 2 tahun turun ke 3,5673% dari 3,592%.

Data ekonomi AS juga menambah kekhawatiran pertumbuhan. Indeks PMI S&P Global menunjukkan aktivitas bisnis melambat untuk bulan kedua berturut-turut di September. Citi mencatat harga output gabungan turun ke level terendah sejak April, menunjukkan perusahaan kesulitan meneruskan kenaikan biaya kepada konsumen karena lemahnya permintaan dan persaingan yang ketat.

Di pasar komoditas, harga minyak Brent naik 0,3% menjadi $67,86 per barel setelah kesepakatan ekspor dari Kurdistan Irak tertunda. Harga emas dunia turun tipis 0,1% ke $3.760,90 per ons, setelah sempat mencetak rekor baru sehari sebelumnya.