Jamkrindo

Sejarah Kelam Ekonomi Zimbabwe, Pecahan Uang Tembus Triliunan

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 26 Oct 2025, 08:04 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Zimbabwe pernah mencatat sejarah kelam dalam dunia ekonomi modern. Negara di Afrika bagian selatan itu mengalami hiperinflasi ekstrem hingga mata uangnya mencapai pecahan 100 triliun dolar.

Awalnya, Zimbabwe merupakan salah satu negara makmur di benua Afrika dengan sektor pertanian yang kuat. Namun sejak akhir 1990-an, krisis mulai melanda setelah pemerintah menjalankan reformasi agraria besar-besaran yang justru menghancurkan sektor produksi.

Tanah milik petani kulit putih disita dan dibagikan kepada warga tanpa kesiapan sumber daya dan teknologi. Akibatnya, hasil pertanian anjlok, ekspor turun, dan pemasukan negara merosot tajam. Situasi ekonomi memburuk, sementara pengangguran dan kemiskinan meningkat pesat.

Untuk menutupi defisit dan membayar pengeluaran negara, pemerintah memilih langkah berisiko tinggi: mencetak uang baru dalam jumlah besar. Namun kebijakan ini justru memperburuk keadaan karena jumlah uang beredar naik, sedangkan barang di pasar makin sedikit.

Harga barang pun melonjak tajam. Uang kehilangan nilainya dari hari ke hari. Inflasi yang awalnya ratusan persen, berubah jadi ribuan, lalu jutaan persen. Hingga akhirnya pada 2008, inflasi Zimbabwe menembus 231 juta persen per tahun, menurut data IMF.

Kehidupan masyarakat berubah drastis. Orang membawa koper penuh uang hanya untuk membeli sepotong roti atau sebotol susu. Pegawai negeri menerima gaji miliaran dolar Zimbabwe, tapi nilainya tak cukup untuk ongkos transportasi.

Bank sentral terus mencetak uang dengan nominal makin besar, mulai dari 1 juta, 10 miliar, hingga akhirnya 100 triliun dolar Zimbabwe. Ironisnya, uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli makanan sederhana.

Krisis ini membuat masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap mata uang negaranya sendiri. Banyak orang mulai beralih ke barter atau menggunakan mata uang asing seperti dolar AS dan rand Afrika Selatan untuk bertahan hidup.

Pada 2009, pemerintah akhirnya menyerah. Dolar Zimbabwe resmi dihentikan, dan negara beralih ke sistem multi-mata uang. Nilai tukar resmi saat itu bahkan mencapai 1 dolar AS = 35 kuadriliun dolar Zimbabwe.

Kasus Zimbabwe menjadi pelajaran besar bagi dunia ekonomi modern: mencetak uang tanpa kendali dan tanpa dukungan sektor riil bisa menghancurkan nilai mata uang sebuah negara. Sejak itu, istilah “100 triliun dolar Zimbabwe” jadi simbol kehancuran ekonomi akibat hiperinflasi.