JAKARTA, Cobisnis.com – Bank Indonesia (BI) secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan 7-day reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen. Langkah ini menandai perubahan sikap kebijakan moneter BI yang sebelumnya cenderung menahan suku bunga di level stabil.
Kebijakan ini diumumkan sebagai respons atas pertumbuhan ekonomi domestik yang dinilai masih di bawah potensi. BI menegaskan, pemangkasan suku bunga diharapkan dapat memperkuat momentum pemulihan sekaligus mendorong konsumsi dan investasi dalam negeri.
Dengan penurunan suku bunga, biaya pinjaman perbankan diperkirakan ikut turun. Dampaknya bisa dirasakan pelaku usaha, terutama sektor UMKM, properti, dan konsumsi rumah tangga yang bergantung pada kredit.
Bagi pasar modal, keputusan ini dipandang sebagai sinyal akomodatif. Investor menilai kebijakan moneter longgar bisa menambah likuiditas dan menjaga stabilitas pasar keuangan, sekaligus memperkuat sentimen positif terhadap aset Indonesia.
Namun, langkah ini juga mengandung risiko. Penurunan bunga bisa menekan nilai tukar rupiah jika arus modal asing keluar mencari imbal hasil lebih tinggi di negara lain. BI menyatakan akan tetap menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi pasar apabila diperlukan.
Dari sisi inflasi, BI optimistis bahwa penurunan suku bunga tidak akan langsung memicu lonjakan harga. Dengan inflasi yang masih dalam rentang sasaran, ruang kebijakan moneter untuk pelonggaran dinilai cukup aman.
Sektor properti berpotensi mendapat dorongan positif. Dengan bunga kredit yang lebih rendah, pembiayaan rumah menjadi lebih terjangkau, yang pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan di pasar real estat.
Di sektor konsumsi, masyarakat diperkirakan lebih berani mengambil kredit, baik untuk kebutuhan produktif maupun konsumtif. Hal ini bisa membantu menjaga daya beli yang selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Keputusan BI juga selaras dengan tren global di mana beberapa bank sentral mulai melonggarkan kebijakan moneter. Indonesia ingin memastikan pertumbuhan tidak tertinggal, terutama di tengah perlambatan perdagangan dunia dan ketidakpastian geopolitik.
Secara keseluruhan, pemangkasan bunga ke level 4,75 persen menjadi sinyal kuat bahwa BI siap mengambil langkah proaktif. Tantangannya kini adalah menjaga keseimbangan antara dorongan pertumbuhan dan stabilitas keuangan di tengah dinamika global yang masih penuh risiko.