Jamkrindo

Terkait Tarif Impor AS, Pengusaha Mamin Minta Pemerintah Fokus Negosiasi Dagang Jelang 1 Agustus

Oleh Farida Ratnawati pada 09 Jul 2025, 22:38 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com - Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman, menanggapi isu kenaikan tarif impor oleh Pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap produk Indonesia.

Ia berharap, negosiasi dagang yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia bisa mencapai hasil positif sebelum tenggat waktu 1 Agustus mendatang.

"Waktu sampai 1 Agustus nanti diharapkan perundingan bisa berjalan dengan baik dan penuh persahabatan untuk saling menguntungkan," katanya, Selasa, 8 Juli.

Menurutnya, keputusan yang dibuat oleh Presiden AS, Donald Trump tersebut jangan dikaitkan secara langsung dengan keanggotaan Indonesia dalam blok ekonomi BRICS. Melainkan dilihat dalam konteks kerja sama bilateral Indonesia-AS.

"Kami berharap resiprokal tarif tidak dikaitkan dengan BRICS atau tidak. Tapi lebih ke arah kerja sama bilateral Indonesia-AS," ujar Adhi.

Adhi menekankan bahwa sektor agro food dari kedua negara mestinya saling melengkapi, bukan saling bersaing. Apalagi Indonesia masih mengimpor berbagai bahan baku penting dari Negeri Paman Sam tersebut untuk mendukung industri pangan nasional.

"Dari sisi agro food, kedua negara saling membutuhkan atau complimentary. Tidak saling bersaing. Dari sektor agro food, dunia usaha komitmen meningkatkan pembelian bahan baku dari AS seperti susu, gandum, kedelai, jagung untuk dukungan mengurangi defisit perdagangan AS ke Indonesia," katanya.

Adhi berpendapat bahwa keputusan untuk menaikkan tarif secara sepihak justru bisa merugikan kedua belah pihak. Selain menyulitkan akses produk Indonesia ke pasar Amerika, konsumen di AS juga akan terdampak oleh naiknya harga barang.

"Kalau tarif naik, akan berat bagi produk Indonesia masuk AS dan konsumen AS juga akan mengalami kesulitan membeli," ungkapnya.

Presiden AS, Donald Trump memutuskan mengenakan tarif impor resiprokal 32 persen kepada Indonesia mulai 1 Agustus 2025.

Trump bilang, kebijakan ini disebut sebagai langkah tegas untuk mengoreksi defisit perdagangan yang dinilai tidak berkelanjutan dan merugikan ekonomi serta keamanan nasional Amerika.

"Mulai 1 Agustus 2025, kami akan mengenakan tarif sebesar 32 persen untuk semua produk asal Indonesia yang masuk ke Amerika Serikat, terpisah dari semua tarif sektoral lainnya. Barang-barang yang diteruskan melalui negara ketiga untuk menghindari tarif yang lebih tinggi juga akan dikenakan tarif tersebut," jelasnya dalam surat yang beredar.

Dalam surat resmi yang ditujukan kepada Presiden RI, Prabowo Subianto, Trump menegaskan bahwa hubungan dagang kedua negara selama ini tidak bersifat timbal balik dan Indonesia dinilai menerapkan berbagai hambatan tarif dan non-tarif yang menyulitkan akses produk Amerika ke pasar domestik Indonesia.

Trump juga menegaskan bahwa tarif 32 persen tersebut bisa dinaikkan jika Indonesia menaikkan tarif balasan, namun terbuka untuk diturunkan jika Indonesia membuka pasarnya dan menghapus berbagai hambatan perdagangan.