Jamkrindo

Bagaimana Proyeksi Harga Minyak Global Bertahan di Atas US$60 per Barel dan Apa Dampaknya Bagi Ekonomi Indonesia?

Oleh Rizki Meirino pada 21 Aug 2025, 11:29 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Harga minyak mentah dunia diperkirakan masih akan bertahan di atas level psikologis 60 dolar AS per barel hingga akhir 2025. Meski sejumlah lembaga keuangan internasional memperingatkan adanya risiko penurunan permintaan akibat pelemahan ekonomi Amerika Serikat dan kenaikan tarif perdagangan, tekanan terhadap pasokan minyak dari Rusia dan Iran justru berpotensi menahan harga tetap tinggi. Pada perdagangan Senin (18/8), harga Brent masih bergerak di kisaran 69,27 dolar AS per barel dan West Texas Intermediate (WTI) di level 66,96 dolar AS per barel.

Bagi Indonesia, dinamika harga minyak global ini menjadi perhatian utama karena berpengaruh langsung pada kebijakan energi domestik, termasuk penentuan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, tingkat inflasi, hingga beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memantau tren harga internasional sebagai acuan dalam menetapkan asumsi makro APBN 2026, di mana setiap kenaikan 1 dolar AS per barel harga minyak dapat berdampak pada tambahan beban subsidi energi.

Selain itu, tren harga minyak juga erat kaitannya dengan stabilitas ekonomi nasional. Jika harga bertahan tinggi, tekanan terhadap harga BBM non-subsidi dan ongkos logistik berpotensi mendorong inflasi. Di sisi lain, Indonesia sebagai negara produsen sekaligus pengimpor minyak mentah menghadapi dilema, karena penerimaan negara dari sektor hulu migas bisa meningkat, tetapi biaya impor minyak dan produk turunannya juga akan lebih besar.

Sejumlah analis menilai, dengan harga minyak yang masih cenderung stabil di atas 60 dolar AS per barel, Indonesia perlu memperkuat strategi diversifikasi energi dan mendorong investasi di sektor energi baru terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak impor.