JAKARTA, Cobisnis.com - Chief Investment Office (CIO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Pandu Sjahrir membuka peluang untuk membiayai proyek pabrik baterai kendaraan listrik yang dikembangkan PT Aneka Tambang Tbk. dan IBC bersama raksasa baterai China, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL).
Pandu menjelaskan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan kajian mendalam terhadap proyek ini dan belum melakukan pembiayaan secra langsung. Namun ia membuka peluang selebar-lebarnya bagi Danantara untuk mengucurkan dana segar ke proyek yang dulunya disebut Proyek Dragon ini.
"Kalau dari sisi kami (Danantara), kami pasti evaluasi proyek-proyek seperti ini. Ini kan bagus banyak nilai tambahnya, (ada) job creation-nya," ujarnya kepada awak media yang dikutip Senin, 30 Juni.
Dengan adanya sejumlahnilai tambah yang dimiliki, Pandu mengakui jika proyek imi merupakan proyek strategis yang bagus untuk didanai oleh Danantara. Untuk itu ia meminta masyarakat menungu keputusan apakah Danantara akan mengucurkan pembiayaan atau tidak.
"Dan semuanya secara komersial kita akan liat. Tapi ini bagus.Belum. Nanti kita umumkan (keputusan pembiayaan)," tandas Pandu.
Untuk informasi, Proyek Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi Konsorsium Antam-IBC-CBL merupakan ekosistem baterai berbasis nikel terintegrasi pertama di dunia dan terbesar di Asia Tenggara. Ekosistem ini mulai dari pertambangan nikel di Halmahera Timur hingga produksi baterai kendaraan listrik di Karawang.
Proyek ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi sebesar 5,9 miliar dolar AS dan mencakup area seluas 3.023 hektar serta mampu menyerap 35.000 tenaga kerja langsung, pertumbuhan ekonomi lokal, dan 18 proyek infrastruktur dermaga multifungsi.
Secara keseluruhan, proyek ini akan memiliki kapasitas produksi baterai kendaraan listrik sebesar 6,9 GWh yang kemudian akan ditingkatkan menjadi 15 GWh. Hal ini akan mengokohkan posisi Indonesia sebagai produsen baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara. Nantinya, industri baterai listrik terintegrasi ini diproyeksikan dapat menyuplai baterai bagi 300.000 kendaraan yang dapat mengurangi impor BBM hingga 300.000 kilo liter per tahunnya.
Pandu menjelaskan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan kajian mendalam terhadap proyek ini dan belum melakukan pembiayaan secra langsung. Namun ia membuka peluang selebar-lebarnya bagi Danantara untuk mengucurkan dana segar ke proyek yang dulunya disebut Proyek Dragon ini.
"Kalau dari sisi kami (Danantara), kami pasti evaluasi proyek-proyek seperti ini. Ini kan bagus banyak nilai tambahnya, (ada) job creation-nya," ujarnya kepada awak media yang dikutip Senin, 30 Juni.
Dengan adanya sejumlahnilai tambah yang dimiliki, Pandu mengakui jika proyek imi merupakan proyek strategis yang bagus untuk didanai oleh Danantara. Untuk itu ia meminta masyarakat menungu keputusan apakah Danantara akan mengucurkan pembiayaan atau tidak.
"Dan semuanya secara komersial kita akan liat. Tapi ini bagus.Belum. Nanti kita umumkan (keputusan pembiayaan)," tandas Pandu.
Untuk informasi, Proyek Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi Konsorsium Antam-IBC-CBL merupakan ekosistem baterai berbasis nikel terintegrasi pertama di dunia dan terbesar di Asia Tenggara. Ekosistem ini mulai dari pertambangan nikel di Halmahera Timur hingga produksi baterai kendaraan listrik di Karawang.
Proyek ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi sebesar 5,9 miliar dolar AS dan mencakup area seluas 3.023 hektar serta mampu menyerap 35.000 tenaga kerja langsung, pertumbuhan ekonomi lokal, dan 18 proyek infrastruktur dermaga multifungsi.
Secara keseluruhan, proyek ini akan memiliki kapasitas produksi baterai kendaraan listrik sebesar 6,9 GWh yang kemudian akan ditingkatkan menjadi 15 GWh. Hal ini akan mengokohkan posisi Indonesia sebagai produsen baterai kendaraan listrik terbesar di Asia Tenggara. Nantinya, industri baterai listrik terintegrasi ini diproyeksikan dapat menyuplai baterai bagi 300.000 kendaraan yang dapat mengurangi impor BBM hingga 300.000 kilo liter per tahunnya.