JAKARTA, Cobisnis.com - Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas memastikan, fasilitas smelter tembaga yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur, sudah selesai dibangun.
Rencananya, pekan depan akan dimulai produksi perdana dari smelter baru ini.
“Rencananya minggu depan produksi pertama dari smelter baru katoda tembaga. Tahun ini direncanakan total 441.000 ton,” katanya kepada awak media di Gedung DPR RI, Rabu, 16 Juli.
Selain tembaga, sambung Tony, semelter PTFI ini juga telah memproduksi emas dan perak batangan.
“Kami sebagai perusahaan, ini smelter sudah jadi, sudah beroperasi dan udah akan produksi katoda mulai minggu depan. Emas batangan sudah diproduksi, perak batangan sudah diproduksi, ini kan akan sangat baik untuk ekosistem dalam negeri,” tuturnya.
Hilirisasi di sektor pertambangan, sambung Tony, khususnya tembaga, sudah mencapai titik akhir.
Dia bilang, tantangan selanjutnya adalah membangun industri manufaktur berbasis logam untuk menyerap produk olahan dalam negeri.
“Hilirisasi dari sektor tambang itu sudah final. Hilirisasi lanjutan yang kita butuhkan yaitu di manufacturing side. Kalau kami kan 99,99 persen metal sudah diproduksi,” jelasnya
Tony mengungkapkan, saat ini sekitar 50 persen produksi PTFI masih diekspor. Terutama produk dengan kadar logam di bawah 99,99 persen.
“Sekarang ini masih sekitar 50 persennya dieskpor. Karena ada beberapa produk kami yang kadarnya di bawah 99,99 persen. Ini masih diekspor. Lebih dari 50 persen Antam,” jelasnya.
Rencananya, pekan depan akan dimulai produksi perdana dari smelter baru ini.
“Rencananya minggu depan produksi pertama dari smelter baru katoda tembaga. Tahun ini direncanakan total 441.000 ton,” katanya kepada awak media di Gedung DPR RI, Rabu, 16 Juli.
Selain tembaga, sambung Tony, semelter PTFI ini juga telah memproduksi emas dan perak batangan.
“Kami sebagai perusahaan, ini smelter sudah jadi, sudah beroperasi dan udah akan produksi katoda mulai minggu depan. Emas batangan sudah diproduksi, perak batangan sudah diproduksi, ini kan akan sangat baik untuk ekosistem dalam negeri,” tuturnya.
Hilirisasi di sektor pertambangan, sambung Tony, khususnya tembaga, sudah mencapai titik akhir.
Dia bilang, tantangan selanjutnya adalah membangun industri manufaktur berbasis logam untuk menyerap produk olahan dalam negeri.
“Hilirisasi dari sektor tambang itu sudah final. Hilirisasi lanjutan yang kita butuhkan yaitu di manufacturing side. Kalau kami kan 99,99 persen metal sudah diproduksi,” jelasnya
Tony mengungkapkan, saat ini sekitar 50 persen produksi PTFI masih diekspor. Terutama produk dengan kadar logam di bawah 99,99 persen.
“Sekarang ini masih sekitar 50 persennya dieskpor. Karena ada beberapa produk kami yang kadarnya di bawah 99,99 persen. Ini masih diekspor. Lebih dari 50 persen Antam,” jelasnya.