JAKARTA, Cobisnis.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menegaskan bahwa setelah tercapainya kesepakatan damai di Gaza, fokus utama berikutnya adalah mengakhiri konflik Rusia–Ukraina. Dalam pidatonya di parlemen Israel (Knesset), Senin (13/10/2025), Trump menyatakan komitmennya untuk membawa Eropa Timur menuju gencatan senjata yang berkelanjutan.
Gencatan senjata Gaza menjadi titik balik penting dalam kebijakan luar negeri Trump. Pada 10 Oktober, kesepakatan tersebut menandai berakhirnya perang dua tahun antara Israel dan Hamas. Tahap akhir perjanjian disertai pembebasan 20 sandera Israel dan hampir 2.000 tahanan Palestina, menandakan babak baru diplomasi Timur Tengah.
Trump menyebut keberhasilan Gaza sebagai bukti bahwa “perdamaian melalui kekuatan” bisa diwujudkan. Ia menilai keberhasilan itu memberi momentum strategis untuk membangun stabilitas di wilayah lain, termasuk Eropa Timur yang masih dilanda perang. “Setelah Gaza, kita harus menyelesaikan Rusia,” ujarnya di hadapan anggota Knesset.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengonfirmasi akan bertemu Trump pada Jumat di Washington. Pertemuan itu akan membahas rencana gencatan senjata dan langkah diplomasi lanjutan di medan perang Ukraina. Zelensky menilai momen ini sebagai peluang untuk membawa harapan baru bagi rakyatnya yang telah lebih dari dua tahun menghadapi agresi Rusia.
Dalam unggahan di platform X, Zelensky menulis bahwa tercapainya perdamaian di Gaza memberi sinyal positif bagi kawasan lain. “Jika perdamaian bisa hadir di satu belahan dunia, maka dunia punya alasan untuk berharap di belahan lainnya,” tulisnya. Ia memuji kepemimpinan Trump yang dinilai tegas dan efektif dalam mendorong kesepakatan internasional.
Sumber diplomatik di Washington menyebut Trump dan timnya telah berbulan-bulan menyiapkan format negosiasi baru bagi Ukraina dan Rusia. Namun, proses tersebut belum membuahkan hasil karena Moskwa menolak dialog langsung dengan Zelensky, meskipun Trump siap menjadi mediator. Kremlin menegaskan hanya akan membuka ruang pembicaraan bilateral di level presiden.
Pejabat Rusia juga mengonfirmasi bahwa satu-satunya pertemuan yang telah terjadi adalah pertemuan empat mata antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Agustus 2025. Dalam pidatonya, Trump mengungkap peran utusan khusus Steve Witkoff yang melakukan pembicaraan intensif selama lima jam dengan Putin.
Trump menilai Witkoff memiliki “insting diplomasi alami” meskipun bukan diplomat karier. Menurutnya, pendekatan informal namun gigih menjadi kunci keberhasilan diplomasi Gaza yang bisa diterapkan di Ukraina. “Kadang Anda tidak perlu tahu semuanya tentang lawan bicara, cukup tahu bagaimana membangun kepercayaan,” katanya.
Sementara itu, isu pengiriman rudal jelajah Tomahawk ke Ukraina memunculkan ketegangan baru. Rudal berjangkauan 1.600–2.500 kilometer itu dinilai mampu menjangkau Moskwa. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebut rencana tersebut sebagai “momen dramatis yang meningkatkan risiko eskalasi dari semua pihak.”
Bagi banyak pengamat, keberhasilan diplomasi Gaza menjadi uji coba global bagi strategi Trump di masa jabatan keduanya. Jika pendekatan “peace through strength” berhasil di Timur Tengah, bukan mustahil formula serupa digunakan di Eropa Timur. Dunia kini menanti apakah Trump dapat mencetak dua perdamaian besar dalam satu tahun kepemimpinan.