JAKARTA, Cobisnis.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali bikin pernyataan tegas soal Gaza. Ia memastikan kelompok Hamas akan melucuti senjata mereka sesuai kesepakatan gencatan senjata yang baru diteken.
Trump bahkan tak segan menyebut, kalau Hamas menolak, maka AS siap turun tangan langsung. “Kalau mereka nggak melucuti senjata, kita yang bakal melucuti senjata mereka,” ujarnya seperti dikutip dari AFP dan The Hill, Rabu (15/10/2025).
Dalam pernyataannya pada Selasa (14/10) waktu setempat, Trump mengklaim Hamas sudah sepakat dengan proses perlucutan senjata. “Saya bilang ke Hamas, ‘Kalian akan melucuti senjata’, dan mereka jawab, ‘Iya Pak, kami akan melucuti senjata,’” katanya percaya diri.
Meski begitu, Trump mengakui dirinya tidak berkomunikasi langsung dengan Hamas. Pesan tersebut, katanya, disampaikan “melalui orang-orang saya di tingkat tertinggi.” Ia menegaskan, Hamas paham bahwa dirinya “tidak sedang main-main.”
“Semua ini akan terjadi dengan cepat, dan mungkin dengan kekerasan,” tambahnya, tanpa memberi detail langkah yang dimaksud. Ucapan itu langsung memicu reaksi di berbagai kalangan, terutama di Timur Tengah yang masih sensitif terhadap konflik Gaza.
Pernyataan tersebut datang sehari setelah Trump melakukan kunjungan singkat ke Israel dan Mesir. Dalam kunjungan itu, ia ikut merayakan tercapainya gencatan senjata Gaza dan pertukaran sandera antara Hamas dan Israel.
Setelah gencatan senjata disepakati, perhatian kini tertuju pada tahap selanjutnya dari rencana perdamaian 20 poin yang diusulkan Trump. Salah satu poin utamanya adalah kewajiban Hamas untuk melucuti semua persenjataannya.
Namun, hingga kini Hamas masih menolak kewajiban itu. Kelompok tersebut menilai pelucutan senjata hanya akan melemahkan posisi mereka dalam negosiasi lanjutan dengan Israel. Kondisi ini membuat implementasi rencana damai Trump masih jauh dari kata pasti.
Trump tetap optimistis. Ia meyakini kesepakatan damai yang dimediasinya akan bertahan lama. “Perang ini sudah berakhir,” tegasnya saat di Tel Aviv, sambil menepis keraguan soal komitmen kedua pihak.
Sementara itu, sejumlah analis menilai ancaman Trump bisa memperkeruh situasi. Beberapa sekutunya di Washington bahkan mengingatkan bahwa tindakan militer tambahan justru bisa menggagalkan upaya damai yang baru dimulai.